Mohon tunggu...
Saiful Bahri. M.AP
Saiful Bahri. M.AP Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Masalah Sosial, Politik dan Kebijakan Publik

CPIS - Center for Public Interest Studies

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dominasi Kepentingan Politik Dalam Kebijakan Pemerintah Daerah

21 Desember 2024   14:05 Diperbarui: 21 Desember 2024   14:02 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nasional.sindonews.com/

Efek Negatif

Dominasi kepentingan politik dalam kebijakan pemerintah daerah (Pemda) tidak hanya menghasilkan kebijakan yang kurang relevan dengan kebutuhan masyarakat, tetapi juga menghambat kualitas kebijakan itu sendiri. Kebijakan yang tidak didasarkan pada data dan analisis yang solid sering kali berujung pada kegagalan dalam implementasi dan pencapaian tujuan.

Salah satu masalah utama yang muncul adalah korupsi dan penyalahgunaan anggaran, yang sering kali timbul akibat dari pertarungan politik. World Bank (2020) dalam laporannya mengenai tata kelola pemerintahan daerah menyoroti rendahnya akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan anggaran, yang dipengaruhi oleh kepentingan politik lokal. Kebijakan yang lebih berfokus pada upaya memenangkan pemilu atau meraih dukungan kelompok tertentu seringkali mengabaikan prinsip-prinsip pemerintahan yang bersih dan efisien, sehingga merugikan masyarakat.

Selain itu, dalam teori Polycentric Governance yang dikemukakan oleh V. Ostrom (2010), model pemerintahan yang terlalu terpusat atau terlalu dipengaruhi oleh kepentingan politik dapat mengurangi efektivitas kebijakan. Hal ini terjadi karena kurangnya sinergi antara berbagai lapisan pemerintahan. Akibatnya, kebijakan yang dihasilkan tidak dapat dijalankan dengan baik dan tidak menyentuh akar masalah yang ada di daerah tersebut, menghalangi tercapainya tujuan pembangunan yang lebih adil dan merata.

Kesimpulan

Dominasi kepentingan politik dalam kebijakan pemerintah daerah merupakan permasalahan yang kompleks dan memerlukan perhatian serius. Ketika kebijakan daerah lebih dipengaruhi oleh kepentingan politik ketimbang kebutuhan riil masyarakat, kualitas kebijakan pun akan terganggu, yang pada akhirnya dapat memperburuk ketimpangan pembangunan. Data Indeks Kualitas Kebijakan (IKK) menunjukkan bahwa banyak kebijakan yang mendapatkan predikat "Kurang", yang menandakan bahwa pengaruh politik yang dominan menjadi penghambat dalam menghasilkan kebijakan yang efektif dan relevan.

Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah daerah untuk memperkuat mekanisme partisipasi masyarakat, meningkatkan transparansi dalam proses pembuatan kebijakan, dan mendorong desentralisasi yang lebih efektif. Pemerintah daerah harus memprioritaskan perencanaan kebijakan berbasis bukti, memperkuat akuntabilitas, serta melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Dengan pendekatan ini, diharapkan kebijakan yang dihasilkan akan lebih mencerminkan kebutuhan riil masyarakat dan dapat mendorong pembangunan yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun