Mohon tunggu...
Saiful Bahri. M.AP
Saiful Bahri. M.AP Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Masalah Sosial, Politik dan Kebijakan Publik

CPIS - Center for Public Interest Studies

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pasangan Muda dan Fenomena Childfree di Kota Besar

4 Desember 2024   09:16 Diperbarui: 4 Desember 2024   09:27 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pasangan childfree (https://katadata.co.id)

Fenomena childfree di kalangan pasangan muda, khususnya di kota besar Indonesia, memunculkan pertanyaan mendalam yang seringkali terabaikan: apakah kebebasan pribadi yang dipilih saat ini akan mengorbankan keseimbangan sosial di masa depan? Banyak pasangan muda memilih untuk tidak memiliki anak dengan alasan ekonomi dan karier. Biaya hidup yang tinggi dan tuntutan pekerjaan menjadi hambatan nyata bagi mereka. Namun, apakah kita sudah cukup sadar akan dampak jangka panjangnya? Apakah kita telah merenungkan bagaimana pengabaian terhadap keluarga, yang merupakan unit dasar masyarakat, bisa memperburuk ketimpangan demografis dan mengganggu keberlanjutan sosial kita?

Di balik keputusan untuk childfree, ada ironi yang harus dihadapi. Di tengah kesibukan dan kebebasan pribadi, banyak yang lupa akan peran penting keluarga dalam menciptakan keseimbangan antar generasi. Kita berada pada titik di mana pilihan individu yang mengutamakan karier dan kebebasan bisa berujung pada ketidakseimbangan jumlah generasi muda dan tua. Indonesia, dengan struktur demografis yang sedang berubah, menghadapi tantangan besar jika angka kelahiran terus menurun. Tanpa keberlanjutan keluarga, kita akan menghadapi krisis tenaga kerja, ketergantungan sosial, dan penurunan kualitas hidup.

Kita harus mulai menyadari bahwa kebebasan pribadi yang terlampau ditekankan, tanpa mempertimbangkan dampak sosialnya, bisa memundurkan kemajuan yang telah kita capai. Dalam dunia yang semakin mengutamakan individualitas, kita perlu kembali mengingat bahwa masa depan bangsa bergantung pada peran keluarga, tanggung jawab bersama, dan keberlanjutan generasi. Sebuah pilihan yang tampaknya bebas dan sah hari ini, bisa jadi menjadi beban besar bagi masa depan yang kita tinggalkan. Kita harus lebih bijak, lebih bijaksana dalam menjaga keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab sosial.

Faktor Ekonomi dan Karier

Di kota besar, di tengah hingar bingar kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tuntutan, banyak pasangan muda yang memilih untuk hidup childfree. Biaya hidup yang tinggi dan tekanan pekerjaan yang tiada henti membuat keputusan ini tampak sebagai pilihan yang wajar. Mereka merasa bahwa memiliki anak akan semakin memperberat beban finansial dan membatasi ruang bagi pencapaian pribadi. Namun, meskipun keputusan ini seolah memberikan kebebasan, ada dampak jangka panjang yang sering terabaikan---khususnya terhadap keseimbangan sosial dan masa depan bangsa.

Penting untuk kita sadari bahwa meski karier dan pencapaian pribadi sangat bernilai, keputusan untuk mengabaikan keluarga dan generasi mendatang membawa risiko besar. Tanpa keberlanjutan keluarga, kita mengabaikan peran penting setiap individu dalam membangun masyarakat yang kuat dan berkelanjutan. Tidak ada yang salah dengan mengejar ambisi, namun ada peran sosial yang lebih besar yang harus kita pikirkan---yaitu, bagaimana kita berkontribusi pada masa depan melalui keluarga dan generasi yang akan datang.

Keseimbangan demografis yang sehat sangat bergantung pada keberlanjutan kelahiran. Bila lebih banyak pasangan muda memilih untuk tidak memiliki anak, kita akan menghadapi ketidakseimbangan jumlah pekerja dan usia non-produktif, yang pada akhirnya akan mempengaruhi perekonomian negara dan sistem kesejahteraan sosial. Keputusan ini bukan hanya tentang kebebasan pribadi, tetapi tentang tanggung jawab bersama untuk memastikan masa depan yang layak bagi semua. Kita harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam lingkaran ambisi individu yang mengorbankan masa depan bersama.

Perubahan Nilai Sosial

Perubahan nilai sosial yang mengutamakan kebebasan pribadi dan kualitas hidup semakin mendorong pasangan muda untuk memilih hidup childfree. Globalisasi dan pengaruh media sosial turut memperkuat pandangan bahwa kebebasan mengejar cita-cita dan gaya hidup tanpa beban menjadi orang tua adalah hal yang lebih penting. Masyarakat kota besar, yang terpapar pada pola hidup individualis dan hedonistik, cenderung lebih mengutamakan pencapaian pribadi daripada memenuhi kewajiban sosial seperti membangun keluarga.

Namun, meskipun kebebasan pribadi adalah hak setiap individu, penting untuk diingat bahwa hidup dalam komunitas membutuhkan keseimbangan. Keputusan untuk tidak memiliki anak harus dilihat tidak hanya sebagai pilihan pribadi, tetapi juga dampaknya terhadap generasi mendatang dan keberlanjutan sosial. Ketika kita terlalu fokus pada kebebasan tanpa mempertimbangkan tanggung jawab kolektif, kita berisiko mengabaikan peran kita dalam membentuk masa depan bangsa. Berkurangnya jumlah anak, misalnya, dapat berdampak pada ketersediaan tenaga kerja di masa depan dan membebani sistem kesejahteraan sosial yang bergantung pada kontribusi keluarga. Keseimbangan antara kebebasan pribadi dan tanggung jawab sosial menjadi tantangan besar yang perlu kita renungkan, bukan hanya untuk masa depan pribadi, tetapi untuk keberlanjutan sosial dan ekonomi kita sebagai sebuah bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun