Mohon tunggu...
Saiful Bahri. M.AP
Saiful Bahri. M.AP Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Masalah Sosial, Politik dan Kebijakan Publik

CPIS - Center for Public Interest Studies

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tantangan Kebijakan Makan Bergizi Gratis

2 Desember 2024   13:20 Diperbarui: 2 Desember 2024   14:14 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Program ini juga mendukung pencapaian salah satu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yakni menurunkan angka stunting dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pengadaan pangan yang bergizi dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. 

Berdasarkan Laporan Bank Dunia (2022), peningkatan gizi di usia dini berpotensi meningkatkan produktivitas tenaga kerja hingga 10% dari PDB negara, yang menunjukkan betapa krusialnya pengaruh gizi terhadap kemajuan ekonomi jangka panjang.

Tantangan Implementasi Program Makan Bergizi Gratis

Meski program ini memiliki niat yang sangat baik, pelaksanaannya menghadapi beberapa tantangan yang cukup berat. Salah satu yang paling utama adalah masalah koordinasi antar lembaga. Dalam pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis, keterlibatan berbagai pihak seperti Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), serta pemerintah daerah menjadi sangat penting. 

Setiap pihak harus memiliki pemahaman yang sama mengenai standar gizi, alokasi anggaran, dan mekanisme distribusi. Tanpa koordinasi yang baik, distribusi makanan bergizi kepada sasaran yang tepat akan terhambat. Sebuah penelitian oleh World Bank (2021) menunjukkan bahwa kebijakan yang melibatkan banyak sektor seringkali terhambat karena perbedaan prioritas antara lembaga-lembaga yang terlibat, yang dapat menghambat efektivitas program.

Selain itu, pengelolaan anggaran menjadi tantangan besar lainnya. Program ini membutuhkan anggaran yang tidak sedikit, dan pengelolaannya harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar dana yang ada dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Menurut data Kementerian Keuangan, sekitar Rp 70 triliun diperlukan untuk mendukung implementasi program makan bergizi gratis secara nasional. 

Oleh karena itu, transparansi dalam pengelolaan anggaran dan pengawasan yang ketat sangat dibutuhkan agar dana tersebut tidak bocor atau disalahgunakan. Pengalaman dari program serupa di beberapa negara menunjukkan bahwa kurangnya pengawasan dapat menambah biaya operasional yang tidak terduga dan mengurangi dampak positif program tersebut.

Salah satu tantangan utama lainnya adalah keterbatasan infrastruktur distribusi, terutama di daerah-daerah terpencil. Mengirimkan makanan bergizi ke pelosok desa atau daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) membutuhkan logistik yang memadai serta koordinasi yang efektif antara pusat dan daerah.

 BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat bahwa lebih dari 30% dari total populasi Indonesia masih tinggal di wilayah yang sulit dijangkau, yang memperburuk distribusi barang dan layanan publik. Jika infrastruktur ini tidak ditangani dengan baik, maka tujuan utama program ini - yaitu memastikan gizi seimbang untuk semua -dapat terganggu. Selain itu, masalah distribusi ini dapat menyebabkan penurunan kualitas makanan yang sampai ke masyarakat, mengurangi efektivitas program dalam mengatasi stunting dan malnutrisi.

Solusi dan Inovasi untuk Mengatasi Kendala

Untuk mengatasi masalah koordinasi, pemerintah perlu membentuk tim koordinasi yang solid yang melibatkan berbagai lembaga terkait. Penggunaan teknologi digital dapat menjadi solusi efektif untuk memastikan distribusi makanan berjalan lancar. Misalnya, penggunaan platform daring yang menghubungkan pemerintah pusat dengan pihak-pihak lokal untuk mengatur logistik dan mengawasi distribusi pangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun