Mohon tunggu...
Saiful Bahri. M.AP
Saiful Bahri. M.AP Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Masalah Sosial, Politik dan Kebijakan Publik

CPIS - Center for Public Interest Studies

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aroma Gerrymandering dalam Pembagian Dapil

17 November 2024   09:40 Diperbarui: 17 November 2024   09:53 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freestock.com/search/pie-chart?type=photos

Pemilu legislatif di Indonesia, seperti yang berlaku di banyak negara, sering kali mengalami ketidaksetaraan antara jumlah pemilih dan jumlah kursi yang dialokasikan. Jika pembagian dapil tidak dilakukan dengan proporsional, partai besar yang memiliki sumber daya lebih untuk menarik pemilih di dapil besar cenderung lebih mudah memenangkan kursi.

  • Penggunaan Data untuk Mengoptimalkan Pembagian Dapil;

Dengan semakin berkembangnya teknologi dan akses ke data pemilih, partai besar bisa lebih mudah menganalisis pola pemilih di suatu daerah dan memanipulasi pembagian dapil untuk memperkuat posisi mereka. Dengan informasi ini, partai dapat mengarahkan suara mereka ke dapil tertentu yang lebih mudah dimenangkan.

Manipulasi dapil untuk keuntungan elektoral partai besar adalah fenomena yang dapat merusak prinsip dasar demokrasi, yaitu kesetaraan suara dan representasi yang adil. Melalui strategi seperti packing dan cracking, serta dengan memanfaatkan ketidakseimbangan dalam jumlah pemilih dan kursi, partai besar dapat mengonsolidasikan kekuasaan politik mereka dan menurunkan peluang partai kecil.

Manipulasi dapil juga  dapat mengarah pada ketidaksetaraan dalam penghitungan suara, di mana suara pemilih di daerah tertentu (biasanya daerah yang mendukung partai besar) memiliki bobot lebih besar dibandingkan suara di daerah lainnya.

Manipulasi dapil membuat partai besar lebih dominan dalam perolehan kursi. Partai-partai kecil yang tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menggerakkan pemilih di dapil besar akan kesulitan untuk memperoleh kursi, yang pada akhirnya mengurangi keragaman politik di legislatif.

Jika manipulasi dapil dibiarkan terus menerus, ini dapat merusak integritas proses demokrasi itu sendiri, karena pemilu tidak lagi mencerminkan keinginan rakyat secara adil. Hal ini dapat menyebabkan apatisme politik di kalangan pemilih dan penurunan kepercayaan terhadap sistem pemilu dan demokrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun