Pengelolaan dana desa di Indonesia merupakan salah satu upaya penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di tingkat desa. Pemerintah melalui berbagai kebijakan telah memberikan perhatian besar terhadap penguatan ekonomi desa dengan memberikan alokasi dana desa (DD) yang cukup besar. Namun, meskipun tujuan utamanya adalah meningkatkan pembangunan desa dan kesejahteraan masyarakat, pengelolaan dana desa menghadapi banyak tantangan, diantaranya :
1. Tantangan dalam Perencanaan Anggaran Desa
Perencanaan yang matang merupakan kunci utama dalam pengelolaan dana desa. Namun, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh banyak desa adalah kurangnya kapasitas dalam menyusun perencanaan anggaran yang efektif dan efisien. Banyak desa yang masih belum memiliki perencanaan yang berbasis pada kebutuhan riil masyarakat. Hal ini bisa disebabkan oleh ketidaktahuan atau keterbatasan pengetahuan kepala desa dan perangkat desa tentang cara merumuskan anggaran yang tepat, atau karena kurangnya data yang akurat mengenai kebutuhan masyarakat.
Selain itu, perencanaan yang dilakukan cenderung tidak melibatkan seluruh elemen masyarakat secara partisipatif. Padahal, pendekatan partisipatif sangat penting untuk memastikan bahwa program yang direncanakan benar-benar sesuai dengan prioritas dan aspirasi masyarakat. Tanpa adanya perencanaan yang baik dan partisipatif, dana desa bisa disalurkan untuk kegiatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, bahkan berisiko menimbulkan pemborosan atau penyalahgunaan.
2. Pengawasan dan Akuntabilitas Penggunaan Dana
Pengawasan terhadap penggunaan dana desa menjadi tantangan yang tidak kalah besar. Kurangnya pengawasan yang ketat bisa menyebabkan penyalahgunaan dana, baik oleh aparat desa maupun pihak-pihak lain yang terlibat. Walaupun pemerintah pusat dan daerah telah menerapkan sistem pengawasan yang lebih transparan, seperti pelaporan secara online melalui Sistem Keuangan Desa (Siskeudes), namun banyak desa yang masih mengalami kesulitan dalam menerapkan sistem ini dengan benar.
Selain itu, keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang terlatih dalam pengelolaan keuangan dan audit internal di tingkat desa membuat pengawasan sering kali tidak berjalan dengan efektif. Keuangan desa sering kali dikelola oleh kepala desa dan perangkat desa yang tidak memiliki latar belakang keuangan atau akuntansi, sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan atau bahkan penyelewengan.
3. Sumber Daya Manusia yang Terbatas
Tantangan lainnya terletak pada kualitas dan kapasitas SDM yang mengelola dana desa. Banyak kepala desa dan perangkat desa yang kurang memiliki keterampilan atau pengetahuan yang memadai dalam hal administrasi, akuntansi, dan manajemen keuangan. Selain itu, pelatihan untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam pengelolaan keuangan desa belum merata di seluruh daerah. Desa-desa yang terletak di daerah terpencil atau daerah dengan akses terbatas terhadap informasi dan teknologi lebih rentan terhadap masalah ini.
Selain kepala desa, tenaga pendamping yang diharapkan dapat membantu dalam penyusunan dan pengelolaan dana desa juga sering kali terbatas, baik dari segi jumlah maupun kualitas. Akibatnya, beberapa desa kesulitan untuk menjalankan program yang telah direncanakan karena kurangnya pengetahuan teknis tentang manajemen keuangan dan administrasi yang sesuai dengan regulasi.
4. Infrastruktur dan Teknologi yang Belum Memadai
Meskipun teknologi telah memberikan kemudahan dalam pengelolaan dana desa, masih ada banyak desa yang belum memiliki infrastruktur teknologi yang memadai. Akses internet yang terbatas, fasilitas perangkat komputer yang minim, serta keterbatasan dalam pelatihan penggunaan aplikasi keuangan seperti Siskeudes, membuat pengelolaan dana desa menjadi terhambat. Ketergantungan pada sistem manual juga mempengaruhi efisiensi dan transparansi dalam pengelolaan anggaran desa.
Beberapa desa bahkan masih mengandalkan catatan manual yang rawan terhadap kesalahan dan manipulasi data. Hal ini mempersulit proses pengawasan dan audit yang dapat meningkatkan akuntabilitas penggunaan dana desa.
5. Korupsi dan Penyalahgunaan Dana
Meskipun ada upaya dari pemerintah untuk menanggulangi korupsi dan penyalahgunaan dana desa, praktik tersebut tetap menjadi masalah besar. Dana desa yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan masyarakat sering kali disalahgunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Misalnya, ada kasus di mana dana desa digunakan untuk proyek yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau proyek yang anggarannya dibengkakkan untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu.
Ketiadaan sistem yang efektif untuk memantau penggunaan dana desa pada tingkat desa menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya penyelewengan. Penyalahgunaan dana desa juga dapat terjadi karena lemahnya pengawasan dari pemerintah daerah atau masyarakat yang kurang partisipatif dalam mengawasi jalannya pembangunan desa.
6. Ketergantungan pada Dana Desa
Tantangan lain yang muncul adalah ketergantungan desa terhadap dana desa yang berasal dari pemerintah pusat. Banyak desa yang bergantung sepenuhnya pada dana desa untuk membiayai program-program pembangunan mereka. Padahal, idealnya, dana desa harus menjadi salah satu sumber pendapatan, bukan satu-satunya. Ketergantungan ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam pembangunan desa, di mana desa tidak mengembangkan potensi ekonominya sendiri secara maksimal.
Desa harus mulai mencari cara untuk mengurangi ketergantungan ini dengan menggali potensi sumber daya lokal, seperti mengembangkan usaha mikro kecil menengah (UMKM), pertanian, atau wisata yang bisa menjadi sumber pendapatan asli desa. Namun, pengembangan ini memerlukan keterampilan manajerial dan modal yang sering kali tidak mudah diakses oleh desa-desa yang kurang berkembang.
7. Ketidaksesuaian Antara Program dan Realitas
Kadang-kadang, meskipun sudah ada perencanaan yang baik, pelaksanaan program pembangunan menggunakan dana desa tidak selalu sesuai dengan harapan. Ada beberapa faktor yang memengaruhi, seperti ketidakmampuan desa dalam memenuhi tenggat waktu pelaksanaan proyek, atau perubahan kebutuhan masyarakat yang tidak terdeteksi dalam tahap perencanaan. Program yang dianggarkan bisa saja tidak memberikan dampak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat karena kurangnya koordinasi antara pemerintah desa dengan masyarakat atau karena perubahan prioritas yang terjadi setelah dana diterima.
8. Tantangan Sosial dan Kultural
Tantangan sosial dan kultural juga memainkan peran penting dalam pengelolaan dana desa. Di beberapa desa, terdapat struktur sosial yang masih kental dengan hierarki dan pembagian peran yang sangat kaku. Hal ini dapat mempengaruhi keputusan-keputusan yang diambil dalam penggunaan dana desa, sehingga keputusan lebih banyak dipengaruhi oleh kepentingan politik atau sosial tertentu daripada kebutuhan obyektif masyarakat. Selain itu, masyarakat di beberapa desa juga masih kurang paham tentang pentingnya pengelolaan dana desa yang transparan dan akuntabel, sehingga mereka kurang terlibat dalam pengawasan.
Kesimpulan
Pengelolaan dana desa menghadapi berbagai tantangan yang kompleks, baik dari segi perencanaan, pengawasan, SDM, hingga infrastruktur. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, dibutuhkan peningkatan kapasitas pengelola dana desa, penerapan teknologi yang lebih baik, serta pengawasan yang lebih ketat dan partisipatif. Selain itu, desa perlu didorong untuk mengurangi ketergantungan pada dana desa dengan menggali potensi lokal yang bisa mendukung kemandirian ekonomi desa. Dengan menghadapi dan mengatasi tantangan-tantangan ini, pengelolaan dana desa bisa lebih optimal dalam mendukung pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di desa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H