Mohon tunggu...
Saiful Bahri. M.AP
Saiful Bahri. M.AP Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Masalah Sosial dan Kebijakan Publik

CPIS - Center for Public Interest Studies

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Pancasila sebagai Permadani Bangsa

31 Oktober 2020   12:20 Diperbarui: 27 Mei 2021   15:19 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancasila sebagai permadani bangsa. | Ilustrasi: Fuad Hasim/detikcom

Permadani atau lebih sering kita menyebutnya karpet, adalah sebuah kosakata yang secara definisi mempunyai arti hamparan penutup lantai yang dibuat dari rajutan bulu domba atau kain tebal, dan secara fungsi permadani biasanya digunakan untuk memberikan kehangatan dan kenyamanan di dalam rumah. 

Dari definisi diatas, kata kunci yang bisa kita garis bawahi adalah rajutan ( hasil dari proses merajut ). Sedangkan dari fungsinya, kata kunci yang bisa kita garis bawahi adalah kehangatan dan kenyamanan. Apa kaitannya dengan Pancasila?

Ketika membaca ulang sejarah Pancasila, semua literatur sejarah yang kita baca tentang Pancasila menyebutkan bahwa nilai - nilai luhur yang terkandung di dalam setiap silanya berasal dari akar budaya serta keragaman yang ada di wilayah nusantara. 

Baca juga: Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

Apakah serta merta akar budaya serta keragaman tersebut terkompilasi secara utuh dan tanpa proses menjadi nilai - nilai luhur yang disetujui oleh para pendiri bangsa ke dalam Pancasila, jawabnya : tidak. Ada sebuah proses didalamnya, dan proses itulah yang kita sebut merajut. Di hadapan sidang BPUPKI Presiden Sukarno pernah berkata:

"...kita bersama - sama mencari persatuan philosophische grondslag, mencari satu weltanschaung yang kita semua setuju. Saya katakan lagi setuju! yang saudara Yamin setujui, yang Ki Bagoes setujui, yang Ki Hajar setujui, yang saudara Sanusi setujui, yang saudara Abukoesno setujui, yang saudara Lim Koen Hian setujui, pendeknya kita mencari semua satu modus. Tuan Yamin, ini bukan compromise, tetapi kita bersama - sama mencari satu hal yang kita bersama - sama setujui.

Baca juga: Refleksi nilai-nilai Pancasila di Tengah Pandemi dalam Kehidupan Sehari-hari

Jika sejenak kita merenungkan bagaimana suasana perumusan Pancasila atau ketika Presiden Sukarno berpidato di hadapan sidang BPUPKI, dapat dibayangkan betapa para founding fathers telah bersusah payah mencurahkan segenap pikiran mereka dalam rangka memikirkan nasib dan perjalanan bangsa ini yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama, agar dapat mengisi kemerdekaan bangsa secara demokratis dan egaliter.

 Oleh karenanya memaknai Pancasila sebagai dasar bernegara, sebagai common platform dan common value masyarakat Indonesia, menjadi suatu yang sangat penting untuk terus dipelajari dan dipahami secara bersama oleh masyarakat Indonesia.

Segenap nilai - nilai yang terdapat dalam Pancasila, sejatinya jika menggunakan istilah dalam filsafat, maka dapat dikatakan sebagai ide - ide atau filsafat yang bersifat perennial ( kekal, selama - lamanya atau abadi ). Dalam jurnal TAPIs Vol. 9 No.  Juli - Desember 2013, Idrus Ruslan ( Dosen Hubungan Antar Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung ) menyebutkan, term perennial dapat di gunakan tidak hanya pada agama, tetapi juga pada suatu dasar negara seperti Pancasila. 

Baca juga: Pentingnya Kesadaran Diri bagi Generasi Milenial dalam Penerapan Nilai-nilai Pancasila

Karena latar belakang lahirnya Pancasila salah satunya merupakan penggalian terhadap tradisi dan juga kepercayaan ( agama ) yang telah ada di Indonesia ketika itu. Nilai - nilai yang terdapat dalam Pancasila sangat luhur dan dapat diterima oleh semua orang dari berbagai macam latar belakang apapun, baik suku, budaya, bahasa, agama, etnis dan lain-lain. 

Oleh karena itulah, Pancasila dapat diterima oleh berbagai elemen masyarakat Indonesia yang beragam latar belakangnya dan menjadi tempat yang hangat dan nyaman bagi semua.

Sebagaimana filosofi permadani, ia adalah hasil dari sebuah upaya keras dan pengorbanan mencari bahan terbaik, kemudian merajutnya menjadi hasil yang terbaik berupa sesuatu yang dapat dipergunakan duduk bersama diatasnya dengan suasana yang penuh kehangatan dan kenyamanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun