Kopi WhatsApp
Â
Kopi tubruk ini melamun dalam genggaman
Gairah hangatnya terlanjur pergi
Usai tak hentinya derai WhatsApp ini berisik ingin Â
Langit yang terkantuk dipaksanya menguap
Malam sesungguhnya belum menua
Lorong sempit depan rumah-pun masih bulat sempurna
Menyapa-sapa Ojol yang belum juga rindu pulang
Di atas atap langit tampak bulan meronta tersangkut ranting
Kopi tubruk ini sepertinya dipenuhi cemburu
Tak biasanya dia sedingin es batu
Kali ini sengaja kubiarkan gairah hangatnya pergi suka-sukanya
Meski malam sesungguhnya belum lagi menua.
Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!