Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kopi WhatsApp

27 Mei 2024   22:56 Diperbarui: 27 Mei 2024   23:23 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kopi WhatsApp

 

Kopi tubruk ini melamun dalam genggaman
Gairah hangatnya terlanjur pergi
Usai tak hentinya derai WhatsApp ini berisik ingin  
Langit yang terkantuk dipaksanya menguap

Malam sesungguhnya belum menua
Lorong sempit depan rumah-pun masih bulat sempurna
Menyapa-sapa Ojol yang belum juga rindu pulang
Di atas atap langit tampak bulan meronta tersangkut ranting

Kopi tubruk ini sepertinya dipenuhi cemburu
Tak biasanya dia sedingin es batu
Kali ini sengaja kubiarkan gairah hangatnya pergi suka-sukanya
Meski malam sesungguhnya belum lagi menua.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun