Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menatap Putri Candrawathi di Sebilah Isak

21 Januari 2023   12:20 Diperbarui: 21 Januari 2023   12:21 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)

Putri Candrawathi nan ayu mengusap isak, tiada hentinya

Saputangan hijau itu menghunusnya tajam bak sapa'an hantu blau

Sesalnya yang berkepanjangan senantiasa berupaya sembunyi dalam dingin hitamnya jubah toga sang pengadil  

Semua mata membelalak bak menelanjanginya dengan merah amarah

(2)

Putri Candrawathi nan ayu bagaimanapun dia, ia tetaplah seorang ibu

Kasih sayang terhadap sesama pernah dititipkan Tuhan di bawah kedua belah telapak kakinya, bahkan hingga kini ..

Sebagaimanapun kita, karena tersebab lupa, kurang dan salah, sang putri khilaf, satu nyawa mulia milik sang Pemilik melayang pergi karenanya

Sesal nan berkepanjangan tak hentinya membasah basuh kedua belah kelopak matanya yang sembab dan pasi

(3)

Putri Candrawathi nan ayu terus mengusap isak, tiada hentinya

Sepenggalah ma'af masih tampak bersisa di ujung bibir sesalnya yang membeku, berpenggalah sesalnya yang lain kiranya taklah lagi menemukan rumah kasih baru

Kasih sayang terhadap sesama pernah dititipkan Tuhan di bawah kedua belah telapak kakinya yang halus, bahkan hingga kinipun ..

Bagaimanapun itu, Putri Candrawathi tetaplah seorang ibu, ada pelabuhan kasih sayang membulat di indah kedua matanya yang basah meski kini hanya sesal saja yang tumpah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun