Matahari baru saja telanjang
Pagi bergegas datang
Seperti biasanya aku selalu ingat padamu
Ritual rutin, kubuka dompet mencari sosokmu di sana
Kalau-kalau saja kamu sembunyi diam-diam
Nggak ada, hanya ada beberapa lipatan uang receh lusuh Â
Kurasakan perjalanan sangat-sangatlah lambat sama seperti kemarin dan kemarin-kemarin dulu
Kutoleh jam tangan
Tiga puluh menit berlalu begitu cepat
Roda mobil kiranya baru beringsut lima kilometer saja
Di sebelah kemudi kulihat anak perempuanku yang kelas tiga es em pe dengan santainya senyum-senyum sendirian, tak ada kekhawatiran terlambat masuk kelas dimatanya
Dia begitu asyik bercengrama dengan handphonenya, padahal perjalanan ke sekolah masih sepuluh kilometer lagi
Pagi kian lari kencang bergegas rasanya
Namun aku belum berputus asa masih berupaya menemukan dimana sesungguhnya keberada'anmu
Penasaranku memuncak
Sementara di belakangku berbagai suara klakson kendara'an bersahu-sahutan berteriak kencang meminta kelonggaran jalanan
Ketika gas mobil mulai kuinjak perlahan
Tiba-tiba sebuah sepeda motor mendahului dan berhenti mendadak tepat di depanku, nyaris saja aku menabraknya
Spontan aku terkejut dan lalu mencoba tersenyum yang memaksa Rupanya, kamu yang selalu kucari-cari itu ternyata kutemukan membonceng di jok motor itu sambil memeluk erat waktuku yang tergesa. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H