Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Borobudur

6 Juni 2022   11:50 Diperbarui: 6 Juni 2022   12:01 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)

Seorang lelaki tua duduk termangu di pucuk gundukan batu

Bertelanjang  dada dia membisu diantara pecahan kerikil tanah

Jemarinya gemetar berputar-putar memainkan puntung basi

Sesekali wajah keriputnya menengadah menghempaskan napas

    

(2)

Sehelai rompi kusam tampak tergolek bisu di sampingnya

Pandang lelah kedua matanya pasrah menembus ketinggian stupa

Diapun duduk bersila seakan merapal mantera suci kamadhatu  

Sepoi angin semilir menuntun pasrahnya menuju ranah arupadhatu

(3)

Waktu masih berkejaran di pelataran sunyi dharmachakra

Seorang lelaki tua duduk termangu di pucuk gundukan batu

Pandang lelah kedua matanya pasrah menembus congkaknya nafsu

Dari kedua bibirnya yang ringkih tampak mengalir kamma suci

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun