Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tragedi Toba

22 Juni 2018   13:43 Diperbarui: 22 Juni 2018   13:52 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)

Simanindo, Samosir Senin 18 Juni 2018, pukul 16.45 WIB  

Matahari tampak tersaput kabut tepat di ujung tertinggi sang saka merah putih yang tersapu angin di atas KM. Sinar Bangun 

Tidak seperti biasanya, ratusan para calon penumpang yang akan menyeberang menuju Tigaras, Simalungun tampak riuh berjubel riang

Tubuh Kokoh KM. Sinar Bangun tampak terguncang-guncang hebat memeluk erat puluhan sepeda motor di pundaknya

(2)

Sore kian berangkat seakan cepat menghampir malam di Simanindo, Samosir 

KM. Sinar Bangun terlihat telah penuh sesak dengan berbagai canda-tawa dan lelarian bungah anak-anak kecil diantara ruang sempit yang tersisa

Perlahan, tali pembebat kapal kayu yang tlah setia bertahun melayari danau toba nan elok itu dilepaskan dari penjejak dermaga

Lambai suka-cita sanak saudara, handai taulan pengantar tumpahnya kerinduan yang usai di pelabuhan perlahan menghilang ditelan jarak 

(3)

Pelabuhan Tigaras, Simalungun tlah membayang nun dipenghujung pandang ketika tiba-tiba saja KM. Sinar Bangun mendadak oleng 

Tiupan angin kencang dan kemudian diiringi dengan gelombang air danau toba yang meruyak liar segera memicu kegaduhan

Isak tangis dan jerit tolong serta panjatan doa keselamatan berjatuhan di kedalaman danau toba bersama dengan tumpahnya puluhan sepeda motor

Beberapa saat kemudian, Tubuh Kokoh KM. Sinar Bangun itu tenggelam dalam diam bersama ratusan nyawa tak berdosa menjemput ajal  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun