Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bom, Sebuah Jalan Berbelok

14 Januari 2016   13:22 Diperbarui: 14 Januari 2016   14:37 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)
Bom bukan pilihan jalan menuju taman firdaus
Meledakkan bom membunuh sesama itu tanaman kebencian
Membenci sesama dengan menumpahkan darah itu jalan yang berbelok
Jalan berbelok tidak dikenal dalam menuju taman tuhan

(2)
Jalan menuju taman tuhan itu teramat elok
Dia elok karena dihuni keberagaman alir gerak hati yang jernih
Kejernihannya hanya terisi penuh oleh kepasrahan cinta kasih sayang tuhan
Tuhan Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang tanpa tepian berbelok

(3)
Ketika kebencian telah memuncaki kebenaran nurani
Jalan lurus terbentang menuju taman firdaus tersaput kabut keabadian benci
Membenci sesama lalu menumpahkan darah itu menutup jalan pulang
Bom bukan pilihan jalan menuju taman firdaus

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun