Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sehelai Kata

27 Juli 2012   23:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:32 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(1)

Mentari pagi belum lagi beranjak dari selimut malamnya.

Makan sahur, masih meniggalkan senyuman di pinggan nafsu.

Sepotong kata yang kesepian mencolekku untuk bercengkerama.

Terus terang tanpa ayunan kata aku tak mampu ungkapkan makna.

Maka, aku terima ajakannya sepenuhnya untuk bernostalgia cinta.

(2)

Kata menuntunku kepada kenangan terindah di masa silam.

Seperti tikar, ia membentangkan keindahan masa remaja di ufuk fajar.

Masa ketika cinta demikian mudahnya berlompatan berpindah ucap.

Memindahkan sepotong hati ini dari satu bunga ke tangkai lainnya.

Maka, aroma kemesraan dan keindahan wewangianpun merebak jiwa.

(3)

Sekali lagi, sepotong kata yang kesepian mencolekku untuk tersenyum.

Ia menertawaiku dihadapan anak-isteriku yang bersiap menyergap hari.

Terimakasih kata.

Meski sekejap engkau telah menghadirkan masa laluku bak taman syurgawi.

Menghias pagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun