(1)
Mentari pagi belum lagi beranjak dari selimut malamnya.
Makan sahur, masih meniggalkan senyuman di pinggan nafsu.
Sepotong kata yang kesepian mencolekku untuk bercengkerama.
Terus terang tanpa ayunan kata aku tak mampu ungkapkan makna.
Maka, aku terima ajakannya sepenuhnya untuk bernostalgia cinta.
(2)
Kata menuntunku kepada kenangan terindah di masa silam.
Seperti tikar, ia membentangkan keindahan masa remaja di ufuk fajar.
Masa ketika cinta demikian mudahnya berlompatan berpindah ucap.
Memindahkan sepotong hati ini dari satu bunga ke tangkai lainnya.
Maka, aroma kemesraan dan keindahan wewangianpun merebak jiwa.
(3)
Sekali lagi, sepotong kata yang kesepian mencolekku untuk tersenyum.
Ia menertawaiku dihadapan anak-isteriku yang bersiap menyergap hari.
Terimakasih kata.
Meski sekejap engkau telah menghadirkan masa laluku bak taman syurgawi.
Menghias pagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H