Kabupaten Sumba barat-Nusa Tenggara Timur terkenal bukan karena pesona wisata alamnya saja tetapi juga pesona budayanya termasuk situs rumah adat. Dari catatan penulis setidaknya ada 29 situs rumah adat di wilayah tersebut.Â
Paling terkenal tentu Situs Rumah Adat Tarung Weetabar, Situs Rumah Adat Praijing, Situs Rumah Adat Bodomaroto-Kalembu Kuni, Situs Rumah Adat Gelakoko-Waebangga berada persis di tengah kota Waikabubak.Â
Dengan struktur rumah panggung khas sumba, dipadukan dengan atap alang-alang dikelilingi dengan batu alam dan batu kubur di tengah kampung tentu mematik semangat wisatawan untuk berkunjung ke daerah ini. Namun siapa sangka, saat euforia kepariwisataan yang tengah menggeliat musibah kebakaran menghampiri.Â
Jika tahun sebelumnya, situs rumah adat tarung mengalami kebakaran yang menghanguskan 28 rumah pada tanggal 7 Oktober 2017 lalu, kejadian serupa pun kembali terjadi. Kali ini situs rumah adat Bondomaroto di desa Kalembu Kuni-Kota Waikabubak. Kejadian ini terjadi tanggal 11 September lalu dan berlangsung begitu cepat. Tidak ada bangunan yang tersisa.Â
Semuanya seolah lenyap dalam hitungan detik meninggalkan puing-puing tiang rumah yang dicor semen. Begitupun dengan batu kubur dan beberapa barang keramat milik warga kampung adat itu. Semua raib dimakan si jago merah. Beruntungnya tidak ada korban jiwa pada saat kebakaran tersebut. Semua penghuni kampung yang terletak di wilayah perbukitan ini dinyatakan selamat.
Pasca kebakaran, pemerintah daerah Sumba Barat pun turun tangan. Sejumlah bantuan dikerakan bahkan beberapa LSM maupun organisasi kemasyarakatan pun turut andil membuka donasi buat kampung tersebut. Bahkan diantaranya membangun Paud sementara bagi anak-anak usia dini yang menjadi korban kebakaran untuk belajar demi masa depan mereka sekaligus menghilangkan trauma yang mereka rasakan pasca kebakaran hebat itu.
Bangun Rumah Sementara.
Saatnya mereka bangkit menata hidup lebih baik. Toh masih banyak yang harus dikerjakan. Tidak heran jika pasca kebakaran dalam situasi yang masih berduka, para kepala-kepala keluarga mulai berpikir membangun rumah sementara sambil menunggu waktu tepat membangun kembali rumah adat mereka.Â
Proses pengerjaan pun masih berlangsung hingga Minggu (30/9) siang kemarin saat media ini menjambangi para korban kebakaran di lingkungan kampung Bondo Maroto.Â
Tidak ada lagi kesedihan yang terpancar dari wajah mereka. Malah mereka begitu antusias dan menyambut kedatangan kami dengan senyuman tanda gembira. Bagi mereka kejadian itu adalah bekal buat mereka untuk menjadi lebih kuat dari sebelumnya.