Mohon tunggu...
Frengky Keban
Frengky Keban Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Penulis Jalanan.... Putra Solor-NTT Tinggal Di Sumba Facebook : Frengky Keban IG. :keban_engky

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerakan Literasi Bukan Sekadar Membagi Buku

21 Maret 2018   20:08 Diperbarui: 21 Maret 2018   20:27 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana tidak, anak-anak zaman now lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah mengikuti kbm fomal yang membuat mereka kadang merasa bosan dengan keseriusan yang ada sehingga tidak heran jika banyak pelajaran yang tidak terserap baik di kepala mereka. Imbaspun jelas, nilai merosot dan lain sebagainya. 

Iya butuh pendampingan dengan pendekatan yang lebih humanis tanpa menempatkan mereka sebagai objek semata tetapi  harus mulai menempatkan mereka sebagai subjek pendidikan itu sendiri. Dan inilah yang sedang dan akan terus dilakukan oleh para penggiat literasi yang tergabung dalam wadah ini. 

Perbedaan latar belakang keilmuaan yang dimiliki kini bukan lagi penghalang namun sudah menjadi kekayaan tersendiri untuk melengkapi diri menjadi "guru dadakan" bagi anak murid mereka. Bahkan, konsep pembelajaran dengan model belajar sambil bermain ataupun belajar dari alam pun dipraktikkan dengan baik di taman baca mereka yang membuat banyak anak tertarik bergabung dan belajar di taman baca tersebut. Luar biasa? 

Bisa iya bisa tidak, yang pasti kini sudah ada secuil harapan bagi NTT dengan keberadaan komunitas yang berawal dari gerakan kecil ini bahwa komunitas BBNTT telah memberikan angin segar bagi para pendidik bahwa mereka tidak sendiri lagi. Masih ada orang muda lainnya yang juga sedang berjuang menyadarkan para petinggi negeri ini bahwa pendidikan itu bukanlah sektor yang hanya sekedar lewat tetapi punya nilai tinggi bagi hidup seorang manusia. 

Ingat hanya dunia pendidikan sajalah yang tidak punya batas waktu, dia akan terus ada sepanjang hidup manusia. Sehingga wajar jika dunia pendidikan harus menjadi prioritas utama pembangunan di suatu daerah dan bukan kemudian menjadi lahan mengais rejeki karena "lahannya yang basah" sebagaimana yang kita saksikan selama ini. Tidak perlu lagi malu, untuk katakan bahwa kita sedang salah daripada kita kemudian mengakuinya saat mata tidak lagi berkedip dan jantung berhenti berdetak.

Mari belajar dari Gerakan BBNTT...

Salam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun