Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) adalah topik yang ramai dibahas dalam beberapa waktu terakhir. AI pada dasarnya adalah teknologi yang memungkinkan komputer untuk melakukan tugas-tugas yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh manusia. Setelah mendengar ini, banyak orang akan mempersepsikan AI sebagai sesuatu teknologi futuristik yang menakutkan dan sering kali membayangkannya sebagai robot canggih yang menyerupai manusia. Persepsi ini keliru karena tanpa disadari, AI sebenarnya telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
Secara sederhana, AI adalah kemampuan komputer untuk belajar dari data dan mengambil keputusan berdasarkan pola-pola yang ditemukan. Proses pembelajaran ini melibatkan penggunaan algoritma-algoritma dan model matematika. Setelah diajarkan, suatu AI dapat melakukan berbagai macam tugas seperti pengenalan wajah, penerjemahan bahasa, atau bahkan mengemudi mobil secara otomatis. Karena ini, beberapa pihak menganggap AI mengancam pekerjaan manusia. Meskipun demikian, kemampuan suatu AI sebenarnya bergantung pada data yang telah dipelajarinya. Dikarenakan hal tersebut, mayoritas AI modern yang ada saat ini fokus pada suatu tugas tertentu, bukan sebagai AI serba bisa-serba pintar yang ditampilkan pada film-film sains fiksi.
AI modern yang kini marak dikembangkan sebetulnya digunakan untuk membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas pada berbagai sektor kehidupan, seperti kesehatan, pendidikan, dan bisnis. Dalam sektor kesehatan, AI digunakan dalam riset medis untuk memprediksi penyakit dari genetika, mendeteksi penyakit sejak dini dari gambar, dan optimasi terapi. Dalam sektor pendidikan, AI digunakan dalam personalisasi pembelajaran dan analisis kinerja. Dalam sektor bisnis, AI digunakan untuk merekomendasikan produk dalam platform e-commerce, memilih konten yang muncul dalam feed pribadi, dan pengelolaan persediaan. Selain tiga sektor tersebut, AI juga membantu dalam berbagai urusan seperti pengenalan tulisan tangan atau sebagai asisten pribadi.
Meskipun memiliki manfaat yang berlimpah, beberapa ahli juga mengkhawatirkan AI disalahgunakan untuk tujuan jahat, karena kemampuannya untuk bertindak dan merespons selayaknya manusia. Contoh penyalahgunaan ini meliputi teknologi deepfake yang menggantikan wajah orang dalam video untuk menyebarkan berita palsu dan merusak reputasi, pengawasan massal dengan kamera facial recognition yang mengancam privasi, atau sistem rekrutmen yang memiliki bias gender atau ras sehingga mempengaruhi keputusan penerimaan pekerja.
Karena beresiko disalahgunakan, aspek etis harus dipertimbangkan dengan serius saat mengembangkan dan menerapkan AI. Berdasarkan Association for Computing Machinery (ACM) Code of Ethics, lima aspek etis tersebut meliputi: transparansi, keadilan, privasi, akuntabilitas, dan keamanan. Dari segi transparansi, para pengembang AI harus terbuka tentang cara kerja sistem mereka dan bagaimana keputusan dibuat, serta harus ada pengakuan terhadap bias yang mungkin ada dalam data atau algoritma. Dari segi keadilan, suatu sistem AI harus dipastikan tidak memihak atau mendiskriminasi berdasarkan ras, gender, agama, atau faktor lainnya. Dari segi privasi, data pribadi harus dilindungi dengan ketat dan penggunaannya juga harus dikomunikasikan dengan jelas kepada pengguna. Dari segi akuntabilitas, pengembang dan organisasi yang menggunakan AI harus siap bertanggung jawab atas tindakan yang dihasilkan oleh sistem mereka dan bersedia melakukan koreksi jika terjadi kesalahan. Terakhir, dari segi keamanan, sistem harus dirancang dan diimplementasikan dengan keamanan yang kuat untuk melindungi dari serangan dan penyalahgunaan.Â
AI telah menjadi topik yang hangat dibahas karena merevolusi cara kita melihat dan menggunakan teknologi. AI bukanlah entitas futuristik yang menakutkan, melainkan teknologi yang telah terintegrasi dalam kehidupan kita sehari-hari, memungkinkan komputer untuk belajar dari data dan membuat keputusan berdasarkan pola yang ditemukan. Meskipun masa depannya akan dipengaruhi fluktuasi minat dan investasi, AI diperkirakan akan terus berkembang dan bertahan melalui pasang surut ini. Dikarenakan telah membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas berbagai sektor kehidupan, AI diprediksi akan tetap bertahan untuk terus memberikan inovasi baru. Namun, manfaat ini juga datang dengan tanggung jawab etis yang harus dipertimbangkan dengan serius, seperti yang diuraikan dalam ACM Code of Ethics. Transparansi, keadilan, privasi, akuntabilitas, dan keamanan adalah aspek kunci yang harus dijaga dalam pengembangan AI, karena potensinya untuk disalahgunakan. Penting bagi kita untuk mengembangkan dan menerapkan AI dengan cara yang etis dan bertanggung jawab, memastikan bahwa teknologi ini digunakan untuk kebaikan bersama dan tidak merugikan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H