Mohon tunggu...
Herman Sah
Herman Sah Mohon Tunggu... lainnya -

Melihat puisi diwajahmu, Idaman Hari Kini.. esok... Sedangkan Bilapun fana atau Baka tetap saja Aku bernama Rindu... bersemi ataupun terpusara diteras penuh Bunga Bunga... aku tetap bernama Rindu...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terima Kasih Cinta

6 Juni 2013   11:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:27 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selayaknya air yg memadamkan kobar api
Kau seperti sebutir salju di pucuk kaktus
Menjadi satu satunya alasan kenapa Silau pepasir tanah kerontang tepian ini Kini menjadi teduh, sejuk.....

Kau mencintaiku dengan cara yg berbeda
Memerahjinggakan ruang cinta
tanpa harus mengetepikan rasio
Sehingga Birahiku untuk mempercepat langkah kembali,
berhasil kau lunakkan

Butuh semenit untuk jatuh cinta
Tapi butuh bertahun tahun untuk mengerti arti sebuah cinta

Dan kini Kedewasaanmu telah ajarkanku separuh arti cinta
Tanpa perlu harus membaca Novel
Tanpa harus mencari jejak2 cinta Romeo dan Juliet

Terimakasih
Kau telah ajarkan, bahwa cinta bukan sekedar Puisi
Bukan sekedar Birahi
Bukan sekedar keinginan untuk melahirkan Sajak2 jingga berikutnya
Tapi cinta Juga butuh perhitungan
Butuh Rasio
I Love U

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun