Oleh : Sutini Dharma Oetomo, S.Kom
Apakah hoax itu sebenarnya?
Hoax berasal dari kata hoces corpus atau disingkat hocus, artinya menipu. Hoax sudah ada sejak dulu. Bahkan sejak abad pertengahan, hoax sudah ada dan disebarkan dari mulut ke mulut.
Pada tahun 1708, Jonathan Swift atau Isaac Bickerstaff membuat ramalan tentang kematian seorang astrologi, John Partridge. Ramalan hoax yang dicetak pada selebaran kertas itu bertujuan untuk mempermalukan dan mendiskreditkan John.
Pada tahun 1727, Mary Toft mengatakan bahwa ia melahirkan bayi kelinci. Kebohongan itu terungkap setelah Mary Toft  dibawa ke London dan hendak dioperasi oleh dokter Sir Richard Manningham. Merasa ketakutan ia pun mengakui kebohongannya yang bertujuan untuk mendapat popularitas dan uang pensiun dari Raja King George I.
Pada tahun 1800-an, Edgar Allan Poe mengarang cerita hoax yang terkenal tentang pria yang pergi ke bulan menggunakan balon udara.
Masih banyak lagi berita hoax pada jaman dulu. Jadi hoax bukanlah hal baru. Beda hoax jaman dulu dan jaman sekarang adalah pada cara penyebarannya. Jaman dulu, hoax disebarkan dari mulut ke mulut atau melalui media cetak. Jaman sekarang, hoax dapat disebarkan melalui media elektronik. Penyebaran hoax jaman sekarang lebih cepat dan lebih luas jangkauannya.
Mengapa hoax menyebabkan keresahan?
Karena hoax, apapun bentuknya, merupakan suatu kebohongan. Jika hoax menyebar, maka hal itu akan membentuk opini pembaca. Opini tersebut akan mempengaruhi pola pikir dan tindakan yang diambil kemudian.
Contoh : berita hoax Modus Begal Motor jadi Pocong Tidur di Jalan yang beredar melalui Whatsapp warga Jakarta dan Depok. Berita ini tentu saja menimbulkan kengerian bagi pembaca yang percaya. Akibat yang ditimbulkan dapat beragam, seperti menghindari jalan tersebut karena rasa takut atau malah membawa senjata tajam untuk berjaga-jaga. Perasaan was-was dan takut ini tentunya mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku. Seorang pengemudi taksi berteriak-teriak ketakutan ketika melihat ada boneka pocong di sebuah tiang listrik. Ternyata boneka pocong itu milik anak-anak yang menggunakannya untuk bermain-main di jalan. Beruntung sopir taksi tersebut tidak menabrak siapapun. Bayangkan jika serangan panik dan takut itu membuatnya tancap gas dan tidak mampu mengendalikan mobil taksinya dengan benar, tentu akan berakibat fatal bagi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Bagaimana kita dapat mendeteksi hoax?