Lalu, anak kedua beliau, saat baru berusia 1 pekan memakai baby book hadiah dari rumah sakit di Bristol, Inggris, walau saat ini belum bisa membaca, ia menjadikan buku sebagai salah satu mainan kesehariannya dan buku pertama yang dibuatnya pada saat umur 4.5 tahun akan segera rilis. Sedangkan anak ketiga beliau di saat berusia 8 bulan sudah sangat enjoy mendengarkan jika kakaknya sedang dibacakan buku oleh ibunya.
"Selama ini, kultur membaca dibentuk hanya untuk belajar. Anak-anak baru membaca ketika belajar. Dijejali dengan cerita-cerita berat. Tentang sains, matematika, ilmu agama, dan berbagai macam pelajaran umum yang membuat mereka menimbulkan kesan jika membaca adalah untuk belajar. Aku tidak mengatakan ini sepenuhnya salah. Namun alangkah baiknya mengenalkan membaca sebagai salah satu media bermain. Bahwa anak-anak bisa menemukan kesenangan dari membaca, bahwa anak-anak bisa tersenyum lebar menikmati susunan kata-kata, bahwa anak-anak bisa menjadikan buku sebagai sarana hiburan utama sebagai pengganti gadget" --tulisan ringan beliau di akun Instagram miliknya.
Dari apa yang beliau katakan, ini bisa menjadi gerakan kesadaran untuk melakukan sebuah perubahan bahwa mengenalkan buku kepada anak-anak bisa dimulai dengan menanamkan prinsip membaca sebagai 'reading is for fun'.Â
"Kalau mereka sudah bahagia karena membaca, akan begitu mudah mengenalkan ilmu pengetahuan yang terkesan 'berat' bagi mereka"--tambahnya.
Oleh karena itu, agar tidak terjadi matthew effect dalam literasi yang bisa menyebabkan seseorang tertinggal dari teman sebayanya dalam mengarungi dunia pendidikan maupun ketertinggalan dalam kehidupan sehari-hari--seperti memahami dan mengolah informasi, maka orang tua perlu mengenalkan sekaligus meningkatkan kemampuan literasi anaknya sedini mungkin, agar ini juga menjadi sebuah usaha kecil dalam membantu meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia.Â
Di satu sisi, ini juga menjadi catatan tersendiri bagi yang belum menikah bahwa jauh sebelum menjadi orang tua mulailah membiasakan diri untuk membaca. Sebab, jika orang tua gemar membaca, maka anak dengan mudah mengikuti kebiasaan tersebut.
Daftar referensi:
Solihin, L. (2020). DARURAT LITERASI MEMBACA DI KELAS AWAL: Masyarakat Indonesia, 46(1), 34--48. https://doi.org/10.14203/jmi.v46i1.914
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H