Di zaman yang serba modern ini, banyak sekali produk kecantikan yang memasang harga dari yang terendah hingga paling tinggi. Kalangan wanita pun berlomba-lomba melakukan banyak treatment untuk mempercantik diri. Tak hanya soal wajah saja, mereka juga biasanya melakukan diet, olahraga ataupun mengkonsumsi obat pelangsing agar berat badan mereka menjadi ideal. Berbagai macam cara dilakukan hanya demi satu tujuan, yaitu menjadi cantik. Bahkan ada segelintir orang yang tak peduli jika mereka melakukan hal ekstrim untuk mempercantik diri.
Cantik sendiri merupakan anugrah bagi setiap orang, biasanya wanita yang memiliki paras cantik banyak disukai pria, bahkan tak jarang mereka mendapat perlakuan yang berbeda dari orang-orang sekitarnya. Padahal kita tidak boleh melihat seseorang dari wajahnya saja, karena orang cantik belum tentu baik hati.
Dari beberapa sumber yang penulis baca, sekarang ini standar kecantikan di Indonesia digambarkan dengan kulit putih, hidung ramping, dan berat badan yang ideal. Hal itu juga terbukti dengan adanya produk-produk kecantikan dengan klaim dapat memutihkan, padahal cantik tidak harus putih, tidak harus hidung yang ramping, dan badan yang ideal. Bayangkan jika semua orang memiliki ciri khas yang sama? Tentu itu tidak akan menarik bukan, perbedaan itu perlu karena dengan perbedaan setiap individu menjadi unik dan menarik.
Pernah dengar kalimat "Cantik itu relatif?"
Saya termasuk orang yang mempercayai peryataan tersebut, karena definisi cantik setiap orang itu beda-beda. Saya pernah bertanya kepada beberapa orang mengenai definisi cantik bagi mereka, jawaban mereka pun beragam. Ada yang mengatakan wanita yang ramah sudah terlihat cantik, ada yang mengatakan wanita dengan pipi cubby terlihat menawan, serta ada yang mengatakan wanita yang percaya diri bahwa tampilan dirinya sudah sesuai diri sendiri bukan karena orang lain itu menurutnya sudah cantik.
Karena memang definisi cantik itu sangat luas, seseorang bisa terlihat cantik tergantung bagaimana cara kita memandangnya. Karena sesungguhnya cantik itu bukan hanya wajah, tetapi perilaku yang baik serta wanita yang dapat menghargai dirinya pun sudah terlihat cantik.
Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan rupa yang berbeda, ketika Tuhan menciptakan manusia dengan rupa yang berbeda, sesungguhnya ada keunikan yang membuat dunia menjadi berwarna. Mari kita renungkan, bila standar kecantikan adalah kulit putih, tinggi semampai, badan berlekuk dengan rupa yang sama, maka dunia menjadi hambar, karena pemandangan yang ada menjadi sama saja sehingga tidak dapat dikatakan bahwa definisi kecantikan tersebut berlaku.
Perlu disadari ketika melihat pasangan yang memiliki anak, baru menikah, atau dalam fase berpacaran dapat dilihat bahwa standar kecantikan tidak sama. Hal ini menjadi pembuktian bahwa cantik tidak hanya dilihat dari penampilan saja, melainkan dari hati yang terpancar melalui tutur kata, tindakan, dan perbuatan terhadap sekelilingnya.
Sebagai contoh bahwa kecantikan seseorang yang berbeda adalah berita yang sedang hangat, yaitu bisa disebut sebagai Lesti Kejora. Jebolan dari salah satu kontestan ajang dangdut disalah satu televisi swasta, terkenal dengan suaranya yang khas sehingga lagu yang dinyanyikannya memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh orang lain. Beberapa mungkin mengira bahwa indikator kecantikan adalah tinggi semampai, tapi coba lihat Lesti. Dia bertubuh pendek, jauh dari indikator yang disebutkan, tetapi Lesti idola menjadi berbagai kaum, terutama kaum ibu-ibu. Suara yang merdu, ditambah baik hati, dan ramah kepada orang lain menjadikan Lesti sebagai salah satu idola yang mungkin bisa dibilang cantik.
Terlepas dari skandal kontroversi yang sedang dialami, Lesti tetap berusaha untuk bisa memaafkan suaminya, Rizki Biliar terkait kasus tersebut sehingga Lesti dapat dikatakan memiliki kecantikan dari hati (inner beauty).
Setiap orang "unik"
      Salah satu perkataan yang mungkin kita setuju adalah setiap orang unik, benar karena keunikan yang dimiliki membuat seseorang menjadi berguna dan bemanfaat bagi sekitarnya, kalau kita menggunakan logika yang ada, maka hanya cantik saja tidak lah cukup. Untuk apa cantik, tapi hanya sebagai objek pemuasan nafsu belaka sehingga bisa berpikiran untuk melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan. Setiap orang harus menjadikan "dirinya" berguna dan bermanfaat sehingga orang yang menerima pertolongan dari kita dapat melihat kecantikan dari dalam. Tidak hanya sampai disitu, ketika kecantikan itu dipadukan dengan paras yang rupawan, maka menjadikan dirinya menjadi salah satu ciptaan yang sempurna dari luar dan dalam.Â
Sebagai contoh kontes kecantikan yang dilakukan oleh Miss Indonesia dan Puteri Indonesia, mereka (kontestan) melakukan pengabdian kepada masyarakat untuk menunjukkan eksistensi mereka sebagai kontestan yang bukan hanya cantik secara fisik, melainkan cantik secara kepribadian, tutur kata, penguasaan bahasa asing, pengetahuan yang luas, dimana semuanya terpancar dari kontestan itu sendiri.
Memang benar bahwa ada sebagian orang berpendapat bahwa apa yang telah dijabarkan sebelumnya kemungkinan memiliki privilage, karena koneksi dan uang. Tapi tidak semuanya benar, karena Tuhan menciptakan manusia dengan adil dan seturut dengan gambaran-Nya sehingga tidak mungkin ketika seseorang terlahir dari kondisi terbelakang tidak mungkin menjadi cantik.
Memang tidak bisa dipungkiri, bahwa dogma yang ada telah menjadi patokan bagi seseorang untuk mendefinisikan cantik sesuai dengan pendapatnya, itu tidaklah salah dan kala berbicara masalah kecantikan seseorang itu memang gak ada habisnya, karena kita semua punya opini tersendiri, serta standar kecantikannya sendiri. Tetapi satu hal yang harus kita tanami di diri sendiri, bahwa "Saya cantik dengan apa yang ada di diri saya, serta berterimakasih kepada diri saya karena mampu bertahan hingga saat ini." Ubah rasa insecure mu menjadi rasa bersyukur, karena sesungguhnya Tuhan menciptakan manusia dengan keunikannya masing-masing. Jika masih ada hal yang membuat kalian insecure, cobalah untuk melakukan hal yang membuat kalian bahagia dan jangan membandingkan diri kalian dengan orang lain.
Terima kasih sudah membaca tulisan ini
Penulis
Alfred & Dina Karlina
