Oleh ;
Kevin Christyano / Mahasiswa Psikologi Universitas Ciputra
Teachers’ collaboration in entrepreneurship education
Berbicara derasnya protes mengenai kurikulum 2013 dari siswa, orang tua, dan berbagai pihak yang masih kebingungan, Desember 2014, pihak Mendikbud menyatakan pemberhentian kurikulum 2013 (K-13) dan kembali pada K-06. Alasan pemberhentiannya menurut Anies Baswedan karena penataran guru yang terbilang tidak efektif, sehingga pelaksaannya belum siap. Terlepas dari perdebatan mengenai mentri yang baru tidak dapat mengembangkan K-13 atau mentri lama hanya berani menelurkan K-13 di akhir jabatannya, ketika kita membandingkan pendidikan Indonesia saat ini (2015) dengan dunia pendidikan global, siswa kita melalui penilaian PISA (penilaian kemampuan pelajar internasional) menduduki peringkat 8 terbawah (data per Mei 2015, oleh : bbc.com/Indonesia).
Sudah cukup kita mau mengkritik negatif atau sudah biasa di kritik, saat ini yang terbaik adalah memberikan sumbangsih ide dan penghargaan kepada apa yang telah dicapai. Apabila kita ingin belajar dari bawah, tentu harus menengok serta mengadaptasi kelebihan-kelebihan dari unggulan dan ditambahkan dengan ciri khas kita.
Negara Finlandia, memiliki sistem pendidikan yang ingin “memahami individu siswa secara total”, tidak ada standar nilai nasional karena mereka meyakini setiap anak memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda. Inggris, penelitian menunjukkan 1 dari 5 anak meninggalkan sekolah sebelum studi selesai. Pemerintah menyikapi dengan membuat kurikulum yang mengutamakan keahlian individu sebagai penilaian utama. Hasilnya dalam beberapa kurun waktu terakhir generasi Inggris mendapat triliunan dolar bagi ekonominya. (oleh : bbc.com/Indonesia). Vietnam, peringkat 12 oleh PISA, konsep yang diterapkan adalah pemahaman dan pendekatan sempurna terhadap pengajar dan siswanya, bahkan mereka tidak memperbaharui standarnya ketika pengajar di pedalaman belum sempurnya menyerap standar sebelumnya.
Kuncinya adalah sistem pendidikan yang diciptakan dengan melihat fenomena serta belajar dari kesalahan sebelumnya. Sudah saatnya kurikulim di Indonesia memiliki visi dengan karakteristik khusus dan terperinci; sadar akan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki negara ini. Salah satu contoh yang dapat diterapkan kedalamnya ialah Entrepreneurial Competencies dengan isi ; Opportunity recognition, Opportunity assessment, Risk management, Convey a compelling vision to others, Perseverance, Creative problem-solving, Identify, Resourcefullness, Value Creation, Focused yet adapted, Resilient, achive goals, maintence useful networks. Kelebihan dari Entrepreneurial Competencies adalah mengangkat kita ke tingkat siswa memiliki keahlian khusus dan spesifik. Semua orang tahu Indonesia memiliki kekayaan alam yang besar, pada area Asia Tenggara, Negara yang memiliki karakter sumber daya yang mirip dengan kita adalah Thailand, Malaysia dan Vietnam, beberapa sudah mampu memilah mengembangkan kekayaan alam masing-masing. Dengan memiliki karakter-karakter tersebut tidak hanya dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki tetapi juga memperbaiki kesalahan yang ada dengan kreatif-inovatif.
Penerapan kurikulum dibuat wajib di seluruh Indonesia dan memiliki deadline waktu kapankah pelaksanannya dapat merata. Kemudian akan dibuat pembagian guru/pengajar kedalam beberapa tingkat yang berbeda-beda sesuai dengan kompetensi entrepreneurial yang dimiliki. Kemudian Guru/pengajar dengan tingkat kompetensi lebih tinggi tersebut dapat membantu untuk proses Mentoring/coching rekan-rekannya. Pada pelaksanaannya, sebaiknya dibentuk tim pengawas khusus yang bertugas berkeliling Indonesia untuk mengumpulkan feedback serta mengawasi proses berjalannya. Berbagai potensi dapat kita kembangkan akan di perbaiki dan diperhitungkan secara jangka panjang, kemudian dapat memunculkan baik sistem-sistem baru yang inovatif, serta yang paling penting adalah “Value Creation” khas agar Indonesia mendapatkan suatu tempat di pemikiran dunia.
Daftar Pustaka
Morris, M. H., Pryor, C. G. & Schindehutte, M. 2012. Entrepreneurship as Experience: How Events Create Ventures and Ventures Create Entrepreneurs, Edward Elgar Publishing, Cheltenham, UK.
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/06/150618_majalah_pendidikan_vietnam
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/05/150513_majalah_asia_sekolah_terbaik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H