Mohon tunggu...
Pipit Permatasari
Pipit Permatasari Mohon Tunggu... -

Hidup adalah perjuangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan dan Keadaannya

18 Juli 2012   02:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:51 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perempuan dan Keadaannya

Oleh Pipit Permatasari

Nangis dan nangis itulah pekerjaan ku kali ini. Separuh waktu ku hanya aku gunakan untuk menangisi keadaan ku. Keadaan dimana menjadi seorang perempuan yang tak suci kembali. Aku tak menyalahi takdir. Melainkan aku menyalahi kenapa aku bisa terjatuuh dalam kehidupan ini. Sebelumnya tak pernah aku bayangkanaku akan menjalani kehidupan bebas layaknya hidup di Los Anggeles. Kini hal seperti itu hidup bersama laki-laki yang belum halal. Melakukan hubungan yang layaknya belum pantas untuk dilakukan.

Namun itu semua sudah terjadi. Ibarat nasi sudah menjadi bubur yang tidak bisadiperbaiki kembali. Kini aku harus menerima keadaan ku dengan lapang dada dan ikhlas. Akan tetapi untuk menjadi ikhlas itu sangat sulit. Setiap hari aku menjalani nya penuh beban dan hampir konsentrasi ku aku habisakan untuk pemikiran semacam ini. Yah pemikiran akankah dia mau bertanggung jawab atas perbuatan yang kita lalukan. Tidak saja aku harus menanggung sendiri seumur hidup ku dengan kesalahan ini.

Dalam banyak kasus, dari buku maupun artikel yang aku baca. Tentang hubungan yang dilarang oleh agama ini selalu menceritakan perempuan yang menjadi korban disini. Padahal jika dilihat lebih seksama. Perbuatan itu dilakukan bersama-sama dan tentunya harus dilakukan pertanggung jawaban secara bersama. Kenyataanya hampir 90% penderitaan ada pada perempuan.

Dengan di cap sebagai perempuan yang tidak perawan menjadi intimidasi dalam kehidupan pribadinya. Hukum adat menyebut perempuan yang tidak perawan merupakan sebuah kutukan dan tidak layak disebut sebagai perempuan suci atau perempuan baik-baik.

Penderitaan perempuan yang dicap sebagai perempuan yang tidak lagi perawan, bukan saja terjadi hanya di dalam diri perempuan itu sendiri. Melainkan hantaman dan serangan datang dari pihak luar. Setiap kali mereka ingin bangkit selalu saja ada orang yang menjatuhkan kepercayaan dirinya.

Yah, ini aku alami sendiri. Dimana predikat status janda bukan dan perwanan bukan sudah melekat pada diri aku. Setiap harinya aku selalu ketakutan dan merasakan beban yang amat berat menjalani hari- hari ku. Ditambah dengan ketidakpastian laki-laki yang pernah bersama melakukan perbuatan itu.

Setiap hari pikiran ku terus dihabisakan dengan bagaimana aku kedepan. Jika laki-laki itu tidak mau memperjuangkan aku ditengah keluarganya. Apa yang aku bisa harapkan jika hal itu benar-benar akan terjadi. Hanya Tuhan lah yang maha mengetahui segalanya. Tugasku hanyalah berdoa semoga ada keajaiban tangan Tuhan yang merealisasikan semua keinginan ku dan harapan ku.

Stress dan depresi itu yang aku alami saat ini. Jika aku teringat dengan keadaan ku, ingin sekali aku mengakhiri kehidupan ini. Menyudahi perjuangan ku sebagai perempuan yang tak lagi memiliki keperawanan yang utuh.

Namun jika itu aku lakukan, bagaimana dengan nasib keluarga ku. Keluarga ku akan sangat merasa kehilangan yang begitu besar atas kepergian ku. Akan tetapi lelaki itu melenggang bebas menyelesaikan kehidupannya kedepan. Aghh aku ga bisa terima. Dimana aku terpuruk, dia dengan bahagianya menjalani kehidupan selanjutnya. Lalu apa yang harus aku lakukan.

Agghhhh.. Sepertinya aku menjadi pendendam yang tak bisa membiarkan dia lari dari tanggung jawab ku. Terbukti aku selalu menyerang dia dengan kiriman BBM agar dia mau menemui ku. Sesak rasanya dada ini. Akankah dia tau maksud dan keinginan ku. Akankah diamau mengerti keadaan ku, ketakutanku dengan label baru ku ini?

Tuhan bantulah aku….

Yang menjadi pertanyaan ku saat ini adalah kenapa selalu perempuan yang dikorbankan ketika ini sudah terjadi. Lalu dimanakah letak pemikiran lelaki itu taatkala dia hendak melakukan secara bersama perbuatan ini. Memikirkan dampak nantinya. Sudah pahamkah atas rasa bersalah dan harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

Menurutku walau bagaimanapun lelaki itu harus bertanggung jawab semua perbuatannya. Karena dia sudah melakukan hal itu secara bersama sama. Jadi dia tau bagaimana proses selanjutnya. Yakni menikahi perempuan dan mencintai perempuan itu dengan tulus. Tanpa ada kata keterpakasaan.

Lalu bagaimanakah nasib perempuan ketika dinikahinya hanya Karena keterpaksaan. Lalu dikemudian hari perempuan itu disia-siakan? Ogh ini sangat tidak adil bangat bagi perempuan. Kekuatan apa yang bisa dilakukan oleh seorang perempuan ketika hal itu sudah terjadi. Mereka hanya bisa mengatakan penyesalan yang amat mendalam. “jika waktu bisa diputar perempuan itu mungkin berkata, mereka tidak akan melakukan perbuatan ini hanya untuk kesenangan semata. Dan sebagai pelampiasan nafsu seks seorang laki-laki”. Yah itulah aku.

Posisinya saat ini perempuan hanya bisa pasrah dan menunggu keajaiban datang serta ketulusan dari laki-laki itu untuk bertanggung jawab. Ga ada alasan untuk laki-laki itu tidak bertanggung jawab karena alasan orang tua tidak menyetujuinya.

Aghhhh ironis memang padahal mereka dilahirkan dari rahim seorang perempuan. Dan para orang tua itu pasti punya anak perempuan. Lalu bagimana dengan kondisi ini jika menimpa anaknya. Akankah mereka menerima perlakukan seperti ini. Tidak bukan……

Mereka pasti akan menuntut mati-matian agar lelaki itu mau bertanggung jawab atas kebagiaan anaknya. Tidak dengan aku. Keluarga lelaki itu menyuruh aku untuk melepaskan demi kebahagiaan orang tuanya. Ibu nya khususnya. Oh ibu kita sama-sama perempuan.. bagaimana persaan ibu ketika mengalami hal demikian.

Ibu aku mohon keikhlasannya untuk membiarkan lelaki yang kau lahirkan itu belajar bertanggung jawab atas perbuatannya. Janganlah kau ajarkan dia untuk tidak memiliki sikap bertanggung jawab. Tentunya ibu adalah orang baik bukan.

Inilah sekelumit kisah curhatan dari seorang sahabat ku di malam tadi. Dia tiba-tiba mengetuk pintu kamar ku hanya untuk menceritakaan keadaannya. Sahabat ku mungkin hanyalah satu dari sekian banyak perempuan yang juga mengalami hal yang sama.

Jujur sebagai seorang perempuan aku amat merasakan penderitaannya. Tetapi apa yang bisa aku lakukan selain dengan mendengarkan keluhannya dan menguatkan dia untuk tetap bangkit lagi menyongsong hari esok.

Kita memang bisa berbicara seperti itu, tapi perempuan itu, dia yang mengalaminya apakah bisa dengan tegar dan kuat berdiri untuk bangkit kembali seperti sedia kala.

Saat beranjak dewasa, tentunya keluarga kita selalu berpesan atau bahasa lainnya mendoktrin pentingnya perempuan menjaga keperawanannya sebelum menikah. Biasanya mereka mengatakan hal ini pada saat kita sudah mengalami menstruasi untuk pertama kali. Wejangan itu memang menurut ku sangat baik untuk membatasi pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Namun kadang jalan kehidupan seseorang tidak selalu berbanding lurus. Pasti ada proses lika-likunya seperti sahabat ku yang tadi aku ceritakan.

Yah aku juga masih ingat sewaktu masih duduk dibangku kuliah dulu. Saat itu aku tinggal terpisah dengan keluarga ku. Saat itu juga Nenek ku selalu berwanti wanti kepada ku dan memberikan aku penegasan yang sampai saat ini aku masih mengingatnya. Bunyi penegasan itu begini;

lelaki mana sih yang tidak ingin mendapatkan gadis yang masih suci ketika menikah? lelaki yang berhasil mendapatkan perawan akan lebih bahagia dan mencintai istrinya daripada yang sudah tidak perawan lagi. memang ada sih yang tidak peduli, karena memang sudah cinta mati, terpaksa kawin, atau memang lelaki bandel yang biasa main cewek nakal dan lebih mementingkan kepuasan serta kebaikan fisik saja. Bisa jadi awalnya tidak ada masalah, namun laki-laki bisa saja penasaran kenapa isterinya tidak perawan

Wejangan inilah yang hingga saat ini selalu menjadi pedoman ku dalam menjalani kehidupan ku hingga sekarang.

Di dalam Al-qur’an Allah memang sudah mengatur batasan-batasan pergaulan seorang laki-laki dan perempuan yang belum menjadi muhrim.Namun pergaulan kadang menerobos batasan itu. Sehingga hukum agama dan hukum adat kerap kali dilanggar dalam pergaulan.

Hemm balik lagi kepada cerita sahabat ku itu. Saat ini sahabat ku menjadi tipikal perempuan pemurung dan tidak lagi berambisi untuk mengejar cita-cita yang dia impikan selama ini. Menjadi seorang perancang busana yang bisa diperhitungkan di dunia.

Yah mungkin tulisan ini hanyalah bentuk protes aku kepada laki-laki. Aku berharap agar laki-laki jangan lah menyentuh perempuan jika hanya ingin menyakitinya. Tengoklah pada perjuangan ibu kalian untuk melahirkan mu dan membesarkan mu.

Bravo Perempuan Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun