Program Kader Bangsa Fellowship Program (KBFP) Angkatan 8 memberikan pembekalan pemenangan untuk para pemimpin muda yang merupakan calon anggota legislatif (caleg) dari berbagai partai politik, Selasa (02/10/2018) lalu.
Direktur Eksekutif Centre for Electoral, Hadar Nafis Gumay menjadi pembicara pertama dengan tema 'Pengantar Kepemiluan dan Sistem Perhitungan Suara'. Mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI itu sempat  menyarankan penggunaan sistem pemilu proporsional terbuka dalam pemilihan anggota legislatif pada pemilu serentak 2019.
"Saya lebih setuju masyarakat bisa menentukan langsung siapa wakil rakyat yang mereka inginkan. Karena kalau pemilu proporsional tertutup, tidak ada nama caleg di surat suara, hanya lambang partai. Ini tidak baik, karena jika kita memilih partai, lantas wakil rakyat yang ditentukan oleh partai ternyata orang-orang yang sebenarnya tidak terlalu kita inginkan", jelas Hadar panjang lebar.
Kepada para caleg muda dari seluruh Indonesia ini, Hadar memberikan nasehat, generasi milenial harus berani tampil untuk dapat mengambil alih kekuasaan. Namun patut diingat, pemimpin muda secara umum harus dapat melakukan konsolidasi.
"Jangan sampai pemimpin muda ini terkotak-kotak karena peluang untuk menampilkan jati diri semakin rendah," terang dia.
Sementara peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu menjelaskan tentang pentingnya survei dilakukan untuk mengetahui langkah strategis apa yang perlu dilakukan agar dapat tepat sasaran.
"Survei-survei terkait politik secara umum untuk mengukur tingkat kedikenalan atau popularitas, disuka atau tidak, keterlibatan publik hingga elektabilitas. Hasilnya ini akan membantu untuk meningkatkan kapasitas caleg yang akan dipilih nantinya," ujar Yohan menambahkan.
Yohan mengungkapkan, pemilih di Tanah Air saat ini memiliki beberapa karakter yang perlu diperhatikan. Pertama latar pendidikan yang rendah; kedua dominasi di pedesaan; ketiga kurangnya membaca surat kabar; keempat pengaruh tokoh agama yang kuat; kelima adalah pengaruh keluarga; dan keenam menyukai acara hiburan.
"Jadi kalau melihat karakter pemilih di Indonesia ini, kita bisa menentukan langkah strategis. Misalnya dengan tidak memasang iklan di surat kabar, karena kan masyarakat jarang membaca dan lebih baik blusukan. Atau membuat kegiatan yang diisi dengan hiburan," urai alumni Universitas Airlangga tersebut.
Kekuatan Media Sosial
Di era yang serba digital saat ini, medsos telah menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam kehidupan manusia karena banyaknya minat masyarakat. Pengguna medsos pun tidak hanya berkomunikasi dengan orang lain, berbagi informasi, membangun opini, memberikan doa, melakukan pencitraan, sampai memanipulasi pesan dan melakukan kampanye.