Mohon tunggu...
KBFP VIII
KBFP VIII Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Caleg Muda Harus Paham Ekonomi dan Miliki Modal Seperti Aktor

4 Oktober 2018   12:39 Diperbarui: 4 Oktober 2018   12:45 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap pemimpin di Indonesia tentunya berharap ekonomi Tanah Air mampu berkembang dan maju ke depannya.

Hal itu dikatakan oleh Deputi Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Ekonomi Strategis Kantor Staf Presiden, Dr Denni Puspa Purbasari. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara demi kesejahteraan masyarakat.

Karena itu, di hari ketiga Kader Bangsa Fellowship Program (KBFP) Angkatan 8, Dr Denni Puspa berharap para calon legislatif (caleg) muda mengerti dan paham soal ekonomi Indonesia.

"Kalau kalian di pemerintahan, kalian sudah tahu caranya me-set APBN tahun ini. Kalau ekonomi di pemerintahan, itu jangka panjang. Rakyat menanam hasilnya next. Lalu ekonomi dan politik itu saling terkait," terang Dr Denni Puspa, dalam pemaparannya kepada para peserta KBFP 8, yang mengusung tema "Pemahaman Kebijakan dan Tantangan Ekonomi Indonesia dari Daerah Sampai Nasional", di Yello Hotel, Jakarta Selatan, Rabu (03/10/2018).

Dr Denni Puspa juga menyinggung pentingnya pembangunan infrastruktur untuk mempercepat pemerataan ekonomi. Adanya infrastruktur akan meningkatkan kualitas hidup, mendorong ekonomi daerah, dan mengurangi biaya logistik. Pembangunan infrastruktur akan menumbuhkan kawasan ekonomi baru.

"Nasionalisme dan jadi negara maju itu ada costnya. Jadi kita memperkokoh rumah kita ini. Kita harus peduli dengan rakyat jadi spiritnya adalah itu," ujarnya menegaskan.

Sementara, Sobar Budiman selaku anggota Dewan Kesenian Jakarta-Komite Teater di sesi "Dialog Pemimpin Muda", memaparkan para caleg muda harus memiliki modal yang kuat. Mirip seorang aktor di sebuah film, modal itu terdiri dari tiga unsur. Unsur luar terdiri dari suara, dalam yaitu tubuh, dan pengetahuan (intelegensi) yang cukup.

"Suara itu terdiri dari intonasi, artikulasi, dan power. Suara itu juga harus lentur. Bicara strategis ya, jelas dan tidak cacat. Intonasi ditentukan oleh tanda baca. Hati-hati dengan tanda baca jangan sampai disalahartikan oleh masyarakat," jelas Sobar.

"Seorang aktor itu harus seperti tanah liat. Harus lentur seperti tanah liat. Anggota legislatif harus lentur.  Aktor itu harus bisa memainkan apa saja. Dalam membuat patung harus dibanting-banting dulu. Maksudnya itu dilatih. Ada tukang sapu di jalan kita melihat dan merasakannya," urainya melanjutkan.

Selain ketiga unsur tersebut, masih dari penjelasan Sobar, seorang caleg juga harus mempunyai rasa ekspresi, jujur, ikhlas, dan mampu bekerja sama. "Lalu konsentrasi.  Fokus terhadap satu masalah. Memusatkan pikiran. Selain itu juga aktor dan caleg juga harus punya dorongan," tuturnya menambahkan.

Sementara itu sejarawan dan oendiri Komunitas Bambu, JJ Rizal menegaskan, pemimpin muda khususnya para caleg harus meniru para pendiri bangsa ini untuk berpikir rasional. Ia mengkritisi, gaya hidup generasi muda khususnya milenial yang terkait pergaulan dengan buku sangat kurang.

"Hari ini kita mengalami kesuraman. Karena pemudanya bermasalah. Problem kita adalah gagalnya transfer pengetahuan. Padahal para pendiri bangsa ini mayoritas berpikir rasional dan mereka punya cerita dengan buku," kata JJ Rizal dalam dialog 'Anak Muda dan Sejarah Politik Indonesia: Pesan untuk Caleg Muda', menutup pembicaraan.

Penyambung Lidah Rakyat

Terpisah, anggota DPR RI Komisi I, Dave Laksono menegaskan, seorang legislator itu merupakan kepanjangan tangan rakyat. Maka setelah duduk di parlemen, anggota DPR tidak hanya sebagai elite partai tertentu saja. Tugas legislator adalah mengabdi kepada rakyat.

"Kita adalah penyambung lidah rakyat itu yang harus dipahami dan diikatkan. Kita harus berbuat untuk rakyat. Tidak hanya kiasan saja. Namun juga sebagai pedoman untuk rakyat," ujar Dave, dalam sesi dialog 'Jadi anggota Dewan yang Keren: Pegantar Tugas Legislator'.

Lanjut Dave, kinerja legislator ini diukur dari produk yang dihasilkan. Semakin banyak produk legislasi yang dibuat maka semakin berhasil DPR dan DPRD tersebut. Ia kembali mengungkapkan, hingga bulan Agustus 2018, DPR RI sendiri sudah membuat 26 undang-undang. 

"Untuk DPR RI itu kita punya Prolegnas yaitu program legislasi nasional. Semua UU yang dibahas oleh DPR itu ditentukan oleh Prolegnas. Baru Prolegnas yang menentukan. Prolegnas itu dibentuk oleh Baleg DPR yang terbagi dalam 11 fungsi. Sementara Prolegnas itu dibuat selama lima tahun serta bisa direvisi," terangnya.

Anggota DPR RI Komisi VIII, Diah Pitaloka menambahkan dengan melihat sisi berbeda dari politik yaitu pemilu. Kata Diah, pemilu itu sangat menarik karena mirip dengan permainan (games) 3 dimensi. Yaitu membangun demokrasi untuk kebahagiaan semua orang.

"Bagaimana kita membangun demokrasi yang bisa dimiliki oleh semua orang. Demokrasi dari banyak orang untuk semua orang. Tidak bersifat elitis. Siapa tahu banyak kader bangsa (KBFP 8) yang potensi bagus, di mana demokrasi kita memberikan ruang, walaupun mereka tidak semuanya kaya," tutupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun