Mohon tunggu...
kazimi yu
kazimi yu Mohon Tunggu... WRITER AND ENTERPRENEUR -

Jemari dan ujung penaku adalah satu-satunya cara untuk mendekapmu ketika rinduku sudah membuncah...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hamburg: Daun Maple di Ujung Sepatu Boot

24 Juli 2016   20:45 Diperbarui: 25 Juli 2016   13:10 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rontokan salju, keringnya summer, semua kembali beranjak pergi...perlahan autumn melambai menyapa kemudian menghampiri. 

Hamburg kembali menertawakan kebodohan dan kekerdilanku, sumir senyumku Karena kegagalan yang harus aku  telan setiap peralihan musim....ku rapatkan mantel hingga terasa mencekik tenggorokan untuk mengurangi desau dingin musim gugur kali ini.

Semua masih tentang cinta, ya...satu kata yang memiliki sejuta arti, menggerus rasa dan menohok segala hal..

Cinta yang aku yakini adalah anugerah yang tidak patut ku nilai dengan harga lembaran mata uang manapun. Dan cinta terkadang tidak cukup di ucapkan dengan kata-kata atau di deskripsikan dengan bahasa manapun karena cinta hanya mampu di baca dengan bahasa cinta dan perasaan cinta.

Aku bukanlah wanita pemenang dan ahli dalam pakar percintaan namun aku setidaknya wanita yang Dia Tuhan cipta untuk ingin tahu dan mengenal apa itu arti dari cinta yang bibir setiap orang berkata selalu ada kehebatan dan pembelajaran di baliknya.

maple
maple
Jejak langkahku terhenti ketika selembar maple  rontok dan terbang perlahan kemudian jatuh tepat di hadapan lusuh ujung sepatu bootku...lentik kurus jemariku memungut daun maple itu...sejenak kuhidu aromanya yang bercampur dengan aroma lembab tanah Hamburg, kebiasaan yang tidak pernah kikis oleh waktu,dulu aku kerap menghidu aroma daun jati kering atau daun randu di belakang rumah ketika musim kemarau menjelang sambil sesekali menengadah dan menatap luasnya langit, dan kebiasaan itu masih kerap aku lakukan meski bukan daun jati kering yang kutemui...

pohon maple
pohon maple
semua tidaklah seindah cinderella
Selalu akan ada air mata di sela-sela senyum perjuangan akan cinta
Hidup bukanlah drama untuk di fiksikan atau fiksi di hidupkan
Semua sudah Tuhan atur sedemikian rupa
Cita-cita, tujuan hidup, ambisi, kegagalan, amarah, rasa sakit, semua itu selalu tentang cinta
Rindu daun jati kering seperti maple menggantikan semua hal
Aku tidak mampu memahami dan meraih semua hal tentang kamu
Dan haruskah kamu memaksa untuk merengkuh apa yang ingin aku hancurkan 
Biarkan semua kembali pada tempatnya
Karena itu akan menjadikan segala hal baik-baik saja

Ingatan itu kembali mengusikku, ingatkah kau dengan beberapa pertanyaanku kala itu...di sela-sela obrolan ringan di antara kita, entah itu obrolan kerinduanmu akan diriku atau kesepianmu dan kau membutuhkan aku untuk menjadi teman di kala sepimu..kadang ini menyiksa dan menyakitiku tetapi aku kembali menjadi bodoh jika mengenaimu, aku tidak mampu menghilang dan menjauh karena itu juga akan menghancurkan aku.

"jika di kehidupan ini Tuhan ciptakan kau menjadi sebuah pohon, di bagian apa kau ingin hidup ? Apakah akarnya, batang pohonnya, ranting,daun,atau mungkin buahnya ? "

Dan berkali-kali dengan lantang kau katakan dengan jelas kau ingin menjadi batang pohonnya...

Jawabanmu begitu lugas, karena jawabanmu mengingatkan aku kembali jika aku begitu mencintai kokohnya sebuah pohon, dan aku adalah pohon maple yang menjadi bagian terpenting dari musim gugur bahkan mungkin lebih dari itu atau mungkin aku benar-benar seorang perempuan autumn.

Ku cintai autumn  dengan segala kesederhanaannya

Pernahkah kau tahu tentang mitos daun maple?

Ya, maple adalah daun yang konon di kenal banyak orang mampu membuat orang merasa bahagia dan damai ketika orang tersebut melihatnya..dan begitulah aku, aku hanya ingin membuat orang lain bahagia entah itu dengan cara apapun.

Dan tahukah kau mengapa aku ingin menjadi pohon ? Karena pohon adalah sesuatu yang tidak akan mudah untuk berpindah, dan dari inilah kemudian aku memiliki prinsip, ideologi dan filosofi yang serupa.

Aku ingin menjadi pohon maple .

Pohon yang melambangkan sebuah kesetiaan, kelak ketika aku jatuh cinta suatu hari nanti akupun tidak akan mudah berpindah ke lain hati meski dia yang aku cintai pergi entah tidak perduli seberapa lama namun aku tetap akan menjadi sebatang pohon yang tegak berdiri menunggunya di tempat yang sama dan dengan perasaan yang sama.

waiting
waiting
Hamburg bukan hanya kota di mana jejak impianku mulai lahir...penolakan demi penolakan akan karya-karyaku tidak cukup satu lembar bahkan berlembar-lembar...di lempar, di robek, di buang ke tong sampah itu hampir menjadi makanan tiap hari

Bukan hanya sekedar mengandung tulisan kemudian di tulis akan tetapi proses melahirkan dan mengantarkan sebuah karya itu adalah perjuangan yang luar biasa

"Di mana ruh tulisan ini !!? "

Bentakan itu menyadarkanku...ya ruh atau jiwa dalam tulisanku mati hanya karena kesombongan sesaatku...aku tinggalkan ruh dan hanya aku kejar sebuah nilai kuantitas tanpa kulihat kualitas dalam tulisan yang aku lahirkan, tamparan yang menohok ulu hatiku

Kupunguti berkas-berkas portofolio script naskah tulisan yang berceceran di lantai buram, ku tahan isak tangis yang hampir pecah dan menggantung di pelupuk mata...gigiku bergemeretak menahan rasa ego dan amarah...namun aku sadar ini adalah awal perjuanganku untuk menjadi seorang writer.

Kembali maple mengajariku untuk lebih setia, setia dalam segala hal yang sudah aku putuskan, dan inilah dedikasiku untuk menjadi seorang pemenang...bukan karena aroganku, kesombonganku tetapi karena Hamburg menjelmaku untuk menjadi singa dan maple mengajariku untuk menjadi setia 

SCHREIBEN SIE MIT DEINEM HERZEN

danke...

Ketika musim gugur tiba daun-daun maple berguguran dan tahukah kamu betapa sakitnya ketika pohon maple itu menggugurkan daunnya, ini adalah analogi yang aku lisankan namun di balik rasa sakit itu justru pohon maple menunjukan keindahannya dan setiap mata memandang akan mengaguminya dan apakah ada orang yang akan mengkasihaninya...jawabannya sudah tentu tidak !...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun