Mohon tunggu...
kazimi yu
kazimi yu Mohon Tunggu... WRITER AND ENTERPRENEUR -

Jemari dan ujung penaku adalah satu-satunya cara untuk mendekapmu ketika rinduku sudah membuncah...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dalam Diam

21 Juli 2016   21:14 Diperbarui: 21 Juli 2016   21:18 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="diam karena pesawat delay...mau protes ah...capek"][/caption]

"singa di takuti karena diam, sedangkan anjing di jadikan mainan karena ia menggonggong "  ( Imam syafi'i )

Hadist ini begitu singkat akan tetapi memiliki penuh kedalaman makna...

Belajar di dalam diam adalah sebuah ungkapan yang kerap kuyakini memiliki kepekaan tersendiri, kalimat ini bagi saya pribadi adalah sebuah pembelajaran seni kesunyian.

Beberapa tahun yang lalu seorang guru besar dari sebuah kampus Dakwah di Jakarta pernah mengatakan kepada saya " seni kesunyian tidak hanya belajar tidak boleh berbicara keras-keras, seni kesunyian ini adalah seni pengendalian diri kapan saatnya kita tidak mengekspresikan diri secara berlebihan baik melalaui media apapun entah itu berupa maya ataupun di kehidupan real  "

Seni dan disiplin diam sesungguhnya semakin terkikis di dalam generasi saat ini sejak adanya kemajuan teknologi dan alasan klasiknya adalah setiap orang berhak memiliki hak dalam kebebasan berbicara. Tapi, mereka tampaknya tidak menyadari betul bahwa bersikap tenang itu sangat di butuhkan dan media baik berupa elektronik ataupun bukan telah membuat orang tidak mampu menahan godaan untuk tidak mengungkapkan apa yang sesekali di butuhkan.

APAKAH HARUS MELUAPKAN APA YANG KITA PIKIRKAN

Pertanyaan ini jawabannya hanya sederhana  yaitu bicara yang baik atau lebih baik diam saja

Kata-kata itu sesungguhnya memiliki pengaruh yang sangat kuat dan dapat di gunakan untuk mendidik, mengancam, membantu, atau bahkan membuat kerusakan, mendoakan, mengekspresikan keahlian atau bahkan mengungkapkan kebodohan diri sendiri.

Bukankah suatu kesalahan jika membiarkan kata-kata keluar tanpa terkontrol ketika kita terluka, marah, atau emosional, karena pada saat seperti itu kondisi seseorang dalam keadaan tidak stabil dan hanya orang-orang cerdas dan smart juga elegant yang mampu mengendalikan emosi dengan cara cantik.

Saya pribadi tidak mengatakan jika kita tidak boleh mengungkapkan isi pikiran kita atau uneg-uneg yang kita tidak sukai atau lihat, namun di saat marah akan lebih baik tetap menjaga lisan ucapan kita dan usahakan jangan berhubungan dengan media sosial atau ponsel, sementara sembunyikan mereka semua hingga pikiran kita jernih....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun