Mohon tunggu...
kazimi yu
kazimi yu Mohon Tunggu... WRITER AND ENTERPRENEUR -

Jemari dan ujung penaku adalah satu-satunya cara untuk mendekapmu ketika rinduku sudah membuncah...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Matahari dalam Cangkir Lurik Biru

17 Juli 2016   08:21 Diperbarui: 17 Juli 2016   15:00 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Layaknya pagi seperti matahari kali ini 

Hangat, begitupun ketika dini hari kau tuangkan secangkir kopi manis ke dalam cangkir lurik biru  

Pada tangkainya ku pegang erat seakan ingin ku katakan jika pagi ini milikku 

Hmmm...indera penciumku bergerak cepat saat aroma robusta arrabica tercium kuat aromanya, kopi kali ini bercampur wangi tanah, tanah yang kita makan , tanah kita yang kaya tetapi terjajah 

Mari kita berkemas...dan segera bergegas 

Sebelum matahari keburu menghilang dan kita akan mengeluh kemudian mengatakan " aku lelah sayang hingga  kan ku ujinkan kali ini matahari berpulang lebih awal"

lihatlah semua segera beranjak menjauh namun seakan kita hanya berputar di sisian

Layaknya pada hari yang enggan mendengar janji-janji

Aku tidak pernah tahu dan paham akan arti sebuah perayaan, tetapi aku selalu terharu ketika semua orang bahkan kamu datang lalu mengucapkan selamat hari jadi di mana aku tidak mampu berpikir dan berkata apa-apa

Kamu dengan segala pesona dan keterbatasanmu 

Kamu yang aku cintai dengan pemahaman yang patah-patah

Kamu yang aku cintai dengan caraku

Kamu yang aku cintai dengan begitu banyak ketakutanku

Kamu yang aku cintai dengan kelelahanku

Kamu yang aku cintai dengan seluas sabar dan ikhlasku

Dan kamu haruskah aku tulis namamu di bentangan pasir di pinggir samudera

Atau kamu yang ingin aku pahat namamu di kerasnya kemauanku

Semua hanya tentang waktu dan rahasia takdir

Jika aku tidak mampu menjadi yang kamu mau setidaknya sayangi aku karena pernah mengkasihimu dengan tulus

Dan jika aku gagal menjadi yang kamu mau setidaknya jangan pernah menghilang dan menjadikan aku murkamu

Ijinkan aku mencintaimu dengan caraku dan dengan keyakinanku meski itu kelak menyakitkan...

Dan terima kasih untuk 17 julinya 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun