"Seringkali aku lupa cara tersenyum bukan karena gulita hidupku, tetapi karena kurangnya syukurku. Bahagia akan menjadi begitu mahal ketika kita melupakan hal-hal yang kecil dan seringkali udara menjadi begitu pengap bukan karena jendelaku terkunci akan tetapi karena aku enggan membukanya dan menghirup udara pagi dan membiarkannya melewati paru-paru diafragmaku dengan rasa syukur "
"Next your destination New York!!!" tulisan singkat di atas notes kecil itu mendarat tepat di hadapanku... Aku melirik dengan bola mata tanda tanya, dan kurasakan sosok tegap dan begitu besar berdiri tepat di hadapanku, ku tengadakan kepalaku dan melihat sosok itu yang mengedipkan mata sambil tersenyum mengisyatkan sesuatu..."Tapi dengan berapa tim...??" pertanyaan datarku, dan dia mengacungkan satu jari telunjuk "Hahh...berdua dengan aku" spontanku terkejut dan dia hanya mengangguk kecil sambil tersenyum gila dan berlenggang meninggalkan mejaku.
Setelah hampir 1 bulan lebih mengurus visa dan lainnyaa selesai sudah persiapan perjalanan ke USA. Cengkareng aku sapa dengan kesederhanaanya, dan kali ini kenikmatan ANA Airlines menerbangkanku menuju Narita International Airport di Jepang, tempat pertama kali aku harus transit sebelum over maskapai untuk menuju New York sempat delay beberapa jam di Narita.
Akhirnya United Airlines pesawat maskapai Amerika siap menerbangkanku. Konon beberapa waktu yang lalu sebelumnya maskapai United Airlines adalah maskapai di mana dulu salah satu pesawatnya ada yang di bajak dan menabrak gedung tower selatan Word Trade Center yang fenomenal itu.
Jejak basah New York akhirnya menyapaku setelah 15 jam penerbangan di tambah delay saat transit.
Tuhan tidak akan pernah memberikan suatu kesempatan tanpa ada suatu alasan di baliknya, dan aku percaya semua apa yang aku dapatkan karena hasil kerja keras di mana ada suatu goal yang menjadi tujuan hidupku, seperti halnya New York, bukan impian sederhana atau kebanyakan bahkan aku terlihat begitu bodoh tenggelam di balik menjulangnya gedung-gedung pencakar langit yang membuatku seolah terlihat bodoh.
Memasuki Amerika tidak semudah dengan negara-negara yang aku kunjungi sebelumnya, pasca tragedi di pesawat Unites Airlines menjadikan semua hal menjadi ketat..sebelum menuju New York kami mendarat di San Fransisco dan harus melewati custom clearance dan proses ini hampir memakan waktu 1 jam dan banyak terlihat antrian untuk melakukannya.Â
Proses ini merupakan proses pemretelan bagi setiap calon pendatang yang akan masuk ke USA, ini semua di lakukan pemerintahan USA untuk menjaga tingkat keamanan dan pertahanan.
Setelah melewati proses tersebut kami harusnya segera melanjutkan ke Newark (New Jersey) sebelum menuju New York akan tetapi ternyata perjalanan menuju Newark kami telah ketinggalan dan akan ada lagi kebernagkatan setelah menunggu beberapa jam akhirnya kami putuskan untuk mengintip San fransisco sambil menunggu selama 10 jam keberangkatan kami menuju Newark.Â
Kami berdua keluar dari airport dan naik dengan mengunakan BART (Bay area rapid transit) merupakan kereta yang melayani sepanjang daerah teluk di San Fransisco dan sekitarnya termasuk Oakland, Richmond, Barkeley dll.
Di sini kami berdua memutuskan mencari makanan di karenakan sepanjang perjalanan kami hanya makan kentang goreng dan roti, akhirnya ingin mencari warteg atau nasi padang kami tidak menemukan maka pilihan kami restorant jepang.
Akhirnya jam 11 malam kami terbang menuju Newark dan tepat jam 7 pagi kami sampai kemudian menuju Wasington DC dan New York....perjalanan petualang yang sangat luar biasa. Memang terlihat gila, namun itulah hidup. Jika kau ingin segala hal berarti maka beranilah untuk keluar dari zona amanmu.
New York itu berada di sepertengah Washington DC salah satu kota terpadat dan riuh  di bagian Amerika serikat dan merupakan salah satu central perdagangan terbesar, pusat seni dan budaya, pusat perputaran keuangaan, pusat riset dan teknologi dan merupakan metropolitan dari Amerika serikat, dan satu hal lagi kantor besar Perserikatan Bangsa- bangsa juga berada di New York
Perjalanan dan riset yang harus kami lakukan dan bertemu beberapa narasumber harus kami lakukan kurang lebih 2 pekan, dan New York menemani kami meski sesekali gerimis dan hujan menyambut derai senyum dan tawa kami berdua.
Keadidayaan negara ini memang begitu terasa auranya, namun keramahan negeriku dan kecantikan juga kepolosan bangsaku tidak ada duanya. Di mana pun kaki ini berpijak Indonesiaku adalah negeri tercantik yang pernah ada dalam kaca mataku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H