Juru parkir selalu menjadi musuh—bahkan sebagian besar sudah menganggap mereka sebagai hama di masyarakat.
Setidaknya itu yang bisa diketahui di hampir semua pemberitaan media; juru parkir memang lebih banyak panen komentar buruk hingga cacian dibandingkan pembelaan dari mereka yang masih sudi mengatakan "dua ribu nggak langsung buat kamu jatuh miskin kok".
—
Ragam cerita menyoal perparkiran ini—meskipun saya sudah bisa menebak bahwa adalah sesuatu yang langka untuk saya menemukan sudut pandang yang berbeda, yang jauh lebih menyentuh akar masalah dari orang-orang yang sudah terlanjur memberikan komentar negatif—selalu saja membuat saya tertarik;
termasuk sejak saya menyadari ada kolom perparkiran saat registrasi awal beberapa dokumen finansial keuangan seperti pembukaan rekening tabungan atau reksadana (baca: ada kaitannya dengan sumber dana)—dan lain sebagainya.
Namun pekerjaan ini belakangan menjadi sesuatu yang mengundang polemik setelah menjamurnya banyak kantong-kantong parkir di hampir setiap sudut tempat—bahkan sudut jalan, terutama di kota-kota besar.Â
Baca juga:Â Shako-shomei: Perlu Meniru Jepang Tanpa Parkir Mobil Sembarang
Lokasi yang tadinya dikira tidak memiliki jasa parkir (baca: sehingga kita dengan antengnya memarkirkan kendaraan pribadi kita untuk satu keperluan), alamat bisa saja "ditagih" sewa parkir jika kita tidak memperhatikan sebelumnya.
Parahnya sering pula terjadi "pungutan" parkir di lokasi yang jelas-jelas bertuliskan "dilarang parkir"Â di jalan raya atau "parkir gratis"Â di tempat-tempat umum semacam minimarket;
Nah, bisa jadi itu parkir liar yang tentu saja  tidak memiliki izin dari otoritas yang berwenang/berkepentingan.
Parkir liar memang meresahkan, selain karena tidak memiliki kontribusi baik secara langsung atau tidak ke kas negara—melainkan ke kantong-kantong pribadi beberapa orang yang "bersekongkol" dalam pengelolaannya—tetapi juga cenderung membuat hati dongkol saat kita diminta membayar karena acapkali tidak disertai dengan pelayanan yang baik layaknya juru parkir profesional yang seharusnya yang mengarahkan, mengatur serta menjaga kendaraan untuk sementara.
Rusak Susu Sebelanga.
Tulisan ini tentu saja tidak dapat menghilangkan stigma terhadap juru parkir di benak setiap orang yang kadung jelek.