Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Award 2021 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent |

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Femisida Dini Sera: Pepesan Kosong "Fiat Justitia Ruat Caelum"?

31 Oktober 2024   06:10 Diperbarui: 31 Oktober 2024   08:16 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sejumlah uang dalam koper untuk menyuap hakim. (Foto oleh Cottonbro Studio | Source Pexels.com) 

namun, poin penting dari kasus ini adalah (baca: semakin menegaskan) bahwa karut marut segala hal yang menimpa perempuan belumlah dianggap SERIUS di negara ini. 

Lantas, apakah dianulirnya vonis bebas Ronald Tannur atas Dini Sera Afrianti setelah setahun kematiannya dikatakan pepesan kosong penegakan hukum (baca: kasus femisida) di negeri ini? 

Untuk ini, saya berada di persimpangan jalan dua arah:

boleh jadi tidak dikatakan pepesan kosong karena ada pembuktian berkelanjutan paska kasasi vonis bebas Ronald Tannur, namun bisa pula dikatakan sebaliknya karena saya (dan juga publik) kecolongan karena telah terjadi proses suap itu di awal. 

Ronald Tannur yang akan menjadi pesakitan karena harus menjalani hukuman 5 tahun bui nyata-nyatanya memang terbukti secara sah bersalah, namun jika boleh jujur, itu tidak serta merta membuat saya puas—meskipun patut diapresiasi.

Ronald Tannur seharusnya dijatuhi hukuman sesuai tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang semula menuntutnya 12 tahun penjara—bahkan BOLEH atau SEHARUSNYA lebih dari itu setelah ia ketahuan menyuap hakim dengan sejumlah uang. 

Femisida dan Feminisme

Beberapa hari lalu di X ada ribut-ribut menyoal—yang pada intinya mempertanyakan—memangnya apa yang bisa feminis lakukan untuk kebaikan? 

Saya hanya tertawa dalam hati, sembari menggumam bahwa seorang yang benar-benar feminis tidak perlu ikut berdebat konyol seperti itu; mereka tahu pada hal apa-apa saja yang pantas untuk direspon. 

Femisida adalah satu dari sekian banyak yang perlu menuntut kaum feminis untuk vokal dalam paham feminisme yang ia perjuangkan;

dan satu lagi yang perlu digarisbawahi:

jangan pernah membandingkan (dengan tidak apple to apple) antara feminis dengan perempuan matrealistis atau dengan perempuan yang sekadar minta princess treatment. 

Itu sangat tidak bijak.

Tabik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun