Tapi, sekali saya dimintai pendapat atau memberikan apresiasi, saya bisa menjamin itu sebuah kejujuran dari hati. Saya katakan bagus karena bagus adanya. Saya katakan jelek demikian juga adanya. Hitam-putihnya jelas.
Karena saya demikian, vice versa pun tidak masalah.
Saya beranggapan jika saya punya opini, orang lain pun bebas berpendapat.
—
Selama proses voting, saya sudah memberikan vote 3 dari 5 kategori yang tersedia. Untuk kategori Best in Opinion, saya ada pilihan sendiri. Tentu saja BUKAN saya yang saya pilih.
Menjadi jujur terhadap diri sendiri adalah bentuk menyayangi diri sendiri.
Tulisan ini mungkin agak panjang, sekalipun tidak dibaca oleh orang lain, ini akan menjadi pengingat bagi diri sendiri bahwa saya ada di garis yang sama tiga tahun lalu sebagai nominator untuk kategori yang sama pula.
Terima kasih untuk sesama Kompasianer yang mencalonkan saya (entah karena khilaf atau ada alasan personal lain yang mengiringinya), terima kasih juga tim redaksi Kompasiana atas kepercayaannya.
Siapapun yang menang adalah yang terbaik, pencapaian yang dinilai bukankah—sekali lagi—rekam jejak proses menulis?
Nama besar dan pamor untuk dikenal orang memang tampak hebat tapi tanggung jawab di balik itu ada harga yang harus dibayar.
Setelah insiden salah penulisan nama sebelumnya pada kolom vote (dan telah saya konfirmasi pada pihak redaksi), here i am and choose yours well.Â