Prosedur medis ini menurut kajian ilmiah sangat efektif mencegah kehamilan 99% dibandingkan penggunaan kondom.
Data World Contraceptive User vasektomi di Indonesia tak lebih 1% dari kurun waktu 1973-2018 sedangkan menurut data terbaru Survei Kesehatan Indonesia hanya 0,2 % pasangan di Indonesia yang bersedia menjalani prosedur vasektomi.
Mindset di masyarakat bisa dikatakan yang menjadi penyebab mengapa vasektomi tidak populer seperti bisa terkena kanker prostat, disfungsi ereksi dan ejakulasi dini. Padahal semuanya tidak benar.Â
Disari dari website BKKBN, vasektomi justru tidak menganggu hormon laki-laki sehingga tidak akan menurunkan gairah seks dan kemampuan orgasme (ereksi) pada laki-laki.Â
Ini (baca: penggunaan kontrasepsi) justru bertolak belakang dengan perempuan (gangguan hormon atau malah mengganggu siklus haid).Â
Namun, meskipun demikian, ada satu hal yang agak tidak mengenakkan, vasektomi bukan sembarang kontrasepsi, vasektomi yang diperkenalkan sejak tahun 1970 tersebut bersifat permanen;Â
sekali melakukannya maka mengembalikannya ke keadaan semula sangat kecil (baca: ingin memiliki anak lagi).Â
Oleh karenanya sebelum memutuskan melakukan vasektomi haruslah dipikirkan secara matang.
***
Vasektomi—selalu—menimbulkan kontroversi.
Ini juga yang memantik ribut-ribut di linimasa X (Twitter) beberapa hari yang lalu (hook di awal tulisan berangkat dari kontroversi di X).Â