Baca juga:
Hikikomori di Jepang: Ternyata Tidak Memiliki Anak Tidak Selalu Buruk
Formula yang dilakukan orang Jepang yang mengharuskan calon para pekerja dari negara lain untuk mempelajari bahasa negara mereka adalah sebuah kedigdayaan yang tak terbantahkan (baca: sesuatu yang kuat atau sakti; merujuk pada KBBI online).Â
***
Untuk bekerja di negaranya, Jepang mengharuskan para pekerja asing mampu berbahasa Jepang—dan penguasaan bahasa Jepang ini akan menentukan kelayakan seorang calon pekerja mendapatkan visa (izin tinggal).
Secara umum (baca: yang menjadi acuan), level tingkatan berbahasa Jepang untuk bekerja di negara itu ada 5—dari tingkat terendah N5 hingga yang tertinggi N1.
Kelima level berbahasa ini adalah bagian dari Nihongo Nouryoku Shiken atau Japanese Language Proficiency Test (JLPT);Â
JLPT adalah ujian kemampuan dasar berbahasa Jepang untuk orang yang bukan penutur asli.Â
Ujian ini diselenggarakan dua kali dalam setahun.
Bagi para pekerja yang tidak mengharuskan interaksi yang intens dalam berkomunikasi, level N4 wajib dikuasai—untuk sektor-sektor kerja yang lebih resmi dan membutuhkan interaksi yang cukup banyak, levelnya bisa lebih dari itu. Level penguasaan bahasa ini juga tergantung dengan posisi kerja yang akan dilamar oleh calon pekerja.Â
Membaca-menulis-mendengar.Â
Penguasaan bahasa Jepang dimulai dari mempelajari huruf-huruf aksara Hiragana dan Katakana—ada lagi aksara Kanji yang lebih rumit dan juga Romaji (alfabet latin), hanya saja yang paling ditekankan adalah aksara Hiragana dan Katakana. Kemampuan ini menjadi fondasi awal kemahiran dalam berbahasa Jepang.
Selanjutnya, mempelajari kosakata dasar yang diucapkan sehari-hari, belajar membaca kalimat, menulis pola kalimat, dan kepiawaian mendengarkan serta berbicara.