yang bahkan oleh anggota dewan tidak disertai permohonan maaf pada rakyat karena bukan saja hanya memiliki NIAT tapi juga sudah BERBUAT dengan menyusun draft untuk menggagalkannya).Â
Pada akhirnya, demonstrasi adalah antiklimaks yang tak bisa terhindarkan (baca: setelah melakukan berbagai upaya) sebagai bentuk rasa kecewa yang teramat sangat terhadap mereka yang oleh rakyat disebut wakil rakyat.Â
Baca juga:
Budaya Malu dan Keterwakilan Rakyat
#5
Seperti petuah bijak berbahasa Inggris yang berkata we can't control the future, but we can control our present actions;
pada akhirnya, intisari Vox Populi Vox Dei dalam tulisan ini—bagi rakyat maupun mereka yang diberi mandat, tidak jauh-jauh berbicara bagaimana menahan diri untuk tidak berbuat sewenang-wenang alih-alih melampaui kekuasaan yang dimiliki masing-masing;
terlebih bagi penguasa, ini memberikan sinyal bahwa segala rentetan yang ditunjukkan oleh rakyat di muka umum tak ubahnya sebagai bentuk peringatan bahwa jabatan politik SEHARUSNYA benar-benar digunakan untuk kepentingan rakyat—bukan kepentingan siapapun diluar dari itu.Â
Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H