Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Best in Opinion Nominee Kompasiana Award 2021 | Peduli menyoal isu sosial-budaya dan gender | Kontak: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dirgahayu Indonesia dan Cerita Singkat dari Orang-Orang Biasa

17 Agustus 2024   06:15 Diperbarui: 17 Agustus 2024   09:50 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara di kisah yang berbeda, ada seseorang yang sama seperti kita, bertarung pula tapi kalah dan kehilangan nyawa: KELAPARAN.

Baca juga:

Sal Priadi dan Gala Bunga Matahari: Sebuah Seni Merayakan Kehilangan

***

17 Agustus adalah sebuah perayaan tahunan Indonesia; sesuatu yang seharusnya tak hanya berisi gegap gempita namun juga refleksi di dalamnya.

17 Agustus adalah bicara bagaimana memaknai kemerdekaan yang rakyatnya SEHARUSNYA merdeka meski hanya sekadar makan.

Ilustrasi para driver ojek online yang menunggu orderan di jalan. (Sumber Kompas.com) 
Ilustrasi para driver ojek online yang menunggu orderan di jalan. (Sumber Kompas.com) 

Sudah 79 tahun, pertanyaannya sekarang, yang merdeka siapa?;
atau kita masih dijajah?

***

Hakikat dari kata merdeka adalah bebas.

Memaknai kata "bebas" oleh mereka yang "memperjuangkan" dan yang "mengisi" tentu beda lagi, dan yang mengisi kemerdekaan Indonesia adalah kita hari-hari ini.

79 tahun sudah Indonesia merdeka, di antara geliat untuk memenuhi kebutuhan—menjalankan profesi dengan atau tanpa jabatan—semoga kita tidak lupa melihat keadaan sekitar; melihat pada mereka yang membuat Indonesia masih tegak berdiri: orang-orang biasa yang bisa dengan mudah kita lihat;

orang-orang yang membuat Indonesia masih bisa bertahan hingga sekarang adalah orang-orang biasa ini, orang-orang yang biasa kita jumpai sehari-hari. 

Mereka yang tak pernah disebut namanya, yang wajahnya pula tak pernah muncul di berita-berita. 

Baca juga:

Tren Dumb Phone Menggugat Realitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun