Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Kerja sama: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Batas Usia Kerja dan 2 Hal Mengapa Selayaknya Dihapuskan Saja

6 Agustus 2024   06:15 Diperbarui: 7 Agustus 2024   03:24 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang pencari kerja yang berdiri di stan salah satu perusahan pada event job fair. (Foto oleh Firman Taufiqurrahman; Sumber Kompas.com)

Persaingan sengit dimulai dari menebar amplop cokelat: di mana ada perusahaan yang baru buka dan tengah mencari kandidat maka di sanalah mereka berada. 

Tengoklah pula saban kali ada pameran job fair, mereka layaknya seperti rombongan semut yang pada gula mereka terpikat.

Di sinilah poin kedua berbicara: tak semua para pencari kerja ingin memiliki usaha; tak semua dari mereka mau berwirausaha atau menjadi pengusaha.

Ini tak semata-mata hanya perkara modal, tak pula semata-mata perihal karena "tak semua orang berani ambil risiko".

Boleh jadi para pencari kerja ini mencintai apa yang ia kuasai yang menjadi keahliannya; ingin menerapkan disiplin ilmu yang diambilnya (selama menempuh pendidikan akademik).

Apakah ini juga salah? 

Bukankah di "tangan" orang yang cakap dan ahli di bidangnya suatu pekerjaan akan ditangani dengan baik dan akan memberikan kontribusi yang baik pula bagi si pemberi kerja? 

Sebaliknya, jika semua orang berwirausaha, jika semua orang menjadi pengusaha, lantas siapa yang menjadi pekerja bagi mereka dan ke mana pula orang-orang yang ahli di bidangnya itu harus dicari? 

***

Untuk dilirik para HR atau pemberi kerja maka lulus lah tepat waktu: selesaikan sks yang diambil atau tekunlah dalam belajar, hadapi dan temui pembimbing bagaimana pun caranya, kurangi tertawa—fokus. 

Bukan apa-apa karena batas usia kerja—sekali lagi—nyata adanya. 

***

Namun, ada satu pertanyaan menggelitik buat saya, jika putusan menyoal batas usia kerja dinilai bukan termasuk diskriminasi, apakah mereka yang berusia 25 tahun ke atas yang dipersempit upayanya mencari kerja BUKAN termasuk diskriminasi?

Ini sebenarnya bagi saya tak lebih hanya sekadar membenturkan para pencari kerja dengan para pemilik modal—namun sebagai jawabannya, kita tahu siapa yang "kalah". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun