Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Kerja sama: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Klinik Kecantikan (Seharusnya) Melawan Stigma

31 Juli 2024   20:35 Diperbarui: 1 Agustus 2024   05:53 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI klinik kecantikan | Image by FREEPIK

Klinik kecantikan namanya atau kita kenal sebagai beauty clinic dalam bahasa Inggris.

Namun, ada yang menarik, mengapa dia disebut klinik kecantikan? 

Dari namanya saja, bagi saya, sudah memantik kesan aneh. 

Mengapa tidak klinik "estetika tubuh" sebagai gantinya (karena memang tindakan yang dilakukan tidak hanya menyasar pada wajah namun bagian tubuh yang lainnya juga)?

Mengapa tidak demikian disebut secara gamblang—alih-alih klinik kecantikan?

Menurut salah satu penerjemahan KBBI sendiri kata cantik adalah elok, molek (tentang wajah perempuan) sehingga mengacu hal itu seharusnya "hanya" perempuan saja yang boleh mendatanginya sementara laki-laki tidak. 

Jika demikian, jika laki-laki tidak boleh, maka oppa-oppa (atau laki-laki yang pernah atau kerap ke sana) seharusnya menjadi paradoks. 

Ya, Oppa-oppa manis yang menciptakan fenomena: menghentak khalayak: Korea menjadi representasi nyata bagaimana klinik kecantikan beserta prosedurnya bekerja. Di sana, tidak hanya artis-artis yang sering berkunjung, namun hingga ke kalangan biasa. 

Di negara kita, klinik kecantikan tidak menyasar laki-laki sebagai targetnya. Klinik kecantikan tidak seperti barber shop yang ramah terhadap laki-laki. Di sini,
klinik kecantikan bukan mainan para laki-laki; sejak awal klinik kecantikan memang ditujukan untuk perempuan.

Menyoal klinik kecantikan sendiri maka dengan berat hati saya katakan, klinik kecantikan menjamur karena—memang—memanfaatkan rasa tidak percaya diri calon pasiennya (terutama perempuan). 

Pergeseran Nilai di Masyarakat

Standar kecantikan yang bergeser yang menyebabkannya demikian. 

Cantik itu harus putih, glowing, tanpa jerawat, no flek, hidung mancung, tidak bergelambir, payudara besar, dan lain sebagainya.

Saya kerap melihat iklan-iklan seperti ini berseliweran di laman-laman media sosial atau di portal-portal internet; tentang bagaimana mereka membangun ketidakpercayaan diri orang-orang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun