Tak ada campur tangan orang lain—bahkan oleh orang tuanya sekalipun.
Proses mengenal diri sendiri ini pun akan selaras dengan rasa tenang yang akan didapatkannya.Â
#4 Belajar memecahkan masalah
Karena pada prosesnya hanya melibatkan dirinya sendiri, maka jika ia menemukan "masalah" ia tak akan buru-buru meminta bantuan orang lain. Ia akan mempelajari ya terlebih dahulu.
Hal pertama yang akan dilakukan seorang anak saat menemukan tantangan, tentu saja mengidentifikasi masalah.
Contohnya, ketika keponakan saya melalui alat bermainnya diminta untuk mencocokkan bentuk ruang (baca: segitiga, lingkaran, kotak, persegi panjang dan lain sebagainya) untuk kemudian dimasukkannya ke sebuah wadah sesuai bentuknya.
Walau keponakan saya adalah bayi enam belas bulan (baca: setidaknya ketika tulisan ini dibuat)Â tapi ia pantang menyerah: keponakan saya mengerahkan segenap pikiran dan mengupayakannya terlebih dahulu, mungkin sembari bertanya, "Bagaimana caranya ya agar ini bisa masuk?"Â pada dirinya sendiri.
Tentunya, ini akan berdampak baik dengan bagaimana cara seorang anak mengambil keputusan pada saat itu, atau dengan kata lain, ia akan menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuannya sebelum ia meminta bala bantuan (baca: menyerah).
Jika kita memang ingin, terlalu banyak yang bisa dipelajari dari seorang anak kecil—dan bagi saya pribadi, anak kecil hadir di tengah-tengah kehidupan saya untuk membuat saya siaga dari sikap galak yang terkadang muncul atau dari watak keras kepala yang acapkali sulit dihindari karena satu hal.
Ah, mungkin Tuhan tahu sikap galak dan watak keras kepala harus perlu diseimbangkan.Â
Begitulah arti anak-anak—dan dunianya—bagi saya (semoga para pembaca pun demikian).
Tuhan maha baik. Tuhan itu keren.