Baiklah, saya cukupkan bridging (baca: istilah dalam dunia broadcasting. Bridging adalah prolog yang dilakukan seorang penyiar (atau lebih dalam sebuah obrolan) untuk masuk ke topik utama pembahasan) singkat saya menyoal inti tulisan saya kali ini; saya akan berpindah pada narasi yang jauh lebih serius.
Sebagai onty-onty yang menyukai anak kecil (baca: khususnya anak dengan rentang usia sama dengan atau di bawah tiga tahun), saya—kalau boleh—menganalogikan mereka layaknya seperti baterai yang memiliki daya tinggi dan mampu meledakkan energi saya lagi.Â
Betapa tidak, saya yang terkadang kelelahan karena satu pekerjaan atau kurang mendapat jatah tidur semalam, sangat jarang tak tergoda jika saya melihat mereka atau membersamai mereka.
Seperti kita tahu bersama, menyelami cara pikir anak kecil bisa dilakukan dengan banyak cara, misal dengan mengajak mereka mengobrol (baca: interaksi ini mungkin cenderung membuat kita terlihat seperti anak kecil, tapi itulah salah satu "cara"-nya; singkirkan terlebih dahulu logika kita sebagai manusia dewasa yang—sok paling—tahu segala hal)—atau ikut bermain bersama mereka.
Baca juga: "Speech Delay": Cara-cara Saya agar Anak Mahir Bicara, Sudahkah Dipraktikkan?Â
Bicara soal bermain, pernahkah kita mendapati seorang anak sedang bermain sendiri dan tengah serius bersama mainannya; tahu-tahu membuat kita serius pula dalam mengamatinya?
Setop, jangan diganggu!Â
Selain melatih daya motoriknya, ada beberapa alasan lain mengapa kita sebaiknya tidak disarankan mengganggu anak yang sedang bermain sendiri—dan dari rentang waktu pengamatan yang sudah saya lakukan menyoal anak, izinkan saya memberi tahu dengan singkat beberapa di antaranya.Â
#1 Golden ageÂ
Seperti kita tahu bersama, fase golden age (baca: usia 1-5 tahun)Â pada anak-anak adalah fase yang sangat perlu jadi perhatian khusus, terutama bagi para orang tua. Karena pada fase ini otak mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Tak heran segala hal yang berkaitan dengannya (baca: asupan makanan-minuman, pola asuh, gaya berkomunikasi, dan lain sebagainya) menjadi perhatian penting—termasuk pula ini ada keterkaitannya ketika kita membicarakan mengenai daya imajinasi;
Sebenarnya, tanpa kita sadari, daya imajinasi seorang anak sedang berkembang bersamaan dengan kegiatannya bermain—walau ia sedang bermain sendiri pada saat itu. Dengan kata lain, berkembangnya kreativitas seorang anak bisa pula dimulai dari sini.Â
Jadi, jangan heran, akan ada masanya seorang anak menciptakan dialog dalam imajinasinya ketika mereka bermain sendiri—bahkan mungkin saat itu ia sedang bertindak sebagai dua pelaku—atau lebih.