Ini poin pentingnya.Â
Mungkin tak semua orang menyadari jika novel fantasi adalah terapi menyenangkan untuk melatih otak kanan. Contohnya saya, seketika saya dapat membuat gambar-gambar di kepala saya.Â
Dengan kata lain, novel fantasi mampu mengembangkan kreatifitas—jauh melebihi batas.Â
#3 Sudut pandang baru
Seorang psikolog bernama Raymond Mar mengatakan bahwa seseorang yang membayangkan cerita dalam novel fiksi akan mengaktifkan satu wilayah di otak untuk memahami orang lain; novel fantasi membantu saya melakukannya.Â
Para penulis novel fantasi acapkali membuat tokoh-tokoh rekaan mereka berdasarkan dari orang-orang yang berada di sekitar mereka atau pengalaman-pengalaman yang mereka alami sendiri.
Menyoal itu, saya menilai jika novel fantasi memberi kesempatan bagi para pembacanya untuk melihat berbagai sudut pandang baru dan menempatkan mereka untuk lebih berempati melalui petualangan tiap tokoh di dalamnya. Termasuk saya.Â
Pada akhirnya percayalah ini:
Not every fiction book is "fictional" way you watch movie which is not based on true story.Â
Jadi, novel fantasi untuk siapa?
Saya rasa tak hanya untuk pembaca usia belasan yang kita sebut sebagai remaja.
Selama seseorang tertarik membacanya dan kelak akan menyukainya, berapapun usia si pembaca novel fantasi ya tak jadi masalah.