Kembali ke iPhone, tentu saja, bukan cuma keunggulan produk yang semata-mata dijual Apple lewat iPhone—jika hanya itu, smartphone dengan merk lain pun bisa melakukannya: iPhone menjual brand.
Itu dapat segera diketahui dengan dari tiap pemberitaan saat iPhone hendak meluncurkan produk terbaru—dan seolah bisa ditebak, orang-orang akan mulai menyiapkan diri mereka untuk berada dalam "antrian".
Antara bentuk apresiasi kekaguman atau latah, nyatanya sulit dibedakan bukan?Â
Maafkan kalau saya terlalu jujur mengatakannya demikian.
Hanya saja itu sisi menariknya.
Izinkan saya mengatakan ini:
memang benar bahwa Apple piawai mempermainkan psikologis orang-orang—alih-alih calon pembelinya.
Karena secara "tersirat", yang saya tahu Apple melalui iPhone tidak perlu harus merendahkan brand para pesaing mereka hanya demi menaikkan "kelas"—faktanya adalah setiap mereka melakukan peluncuran produk terbaru yang mereka lakukan CUKUP dengan membandingkannya (baca: produk terbaru tersebut) dengan smartphone mereka terdahulu.
Namun, sayangnya tidak semua approach yang dilakukan Apple dengan iPhone besutannya sepenuhnya berhasil di pasaran (baca: setidaknya bagi orang-orang yang tak hanya melulu tergiur spesifikasi dan nama besar brand, melainkan melihat fungsi ketika hendak memutuskan mengganti smartphone— alih-alih mempermasalahkan harganya).
Dan mungkin, ini yang akan—selalu—jadi salah satu tugas besar mereka selanjutnya.Â
Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H