Secara unik, orang-orang—terlebih-lebih di tiap kota besar di seluruh dunia—bisa dikatakan terbagi dua: kelompok belakangan dan kelompok yang memilih selangkah di depan.
Dan jika saya katakan bahwa Apple baru saja mengeluarkan produk iPhone seri terbarunya, di manakah dari dua kelompok yang saya sebutkan tadi kau berada, kawan?
Ya, Apple secara resmi mengumumkan harga serta spesifikasi dari iPhone seri 13 pada hari ini (15 September dini hari).Â
Hype beritanya nyaris bersamaan dengan banyaknya pemberitaan tentang single kolaborasi antara grup band asal Inggris, Coldplay dan boyband kebanggaan Korea, BTS; mereka (baca: berita menyoal peluncuran iPhone 13) bahkan berada di peringkat teratas trends pada mesin pencari Google.
Baca juga:Â Berkolaborasi dengan Coldplay, Akankah Non Army Menyukai BTS?
Menurut banyak berita yang beredar, tak ada perubahan yang mencolok pada desain keluaran terbaru seri iPhone itu, kecuali pada performa kamera. Namun, menurut mereka (baca: orang-orang Apple) produk anyarnya itu menggunakan chipset A15 Bionic yang secara teknis lebih cepat lima puluh persen dari chip pesaing. Kau bisa membacanya dengan lengkap di sini, kawan.
Baca juga:Â iPhone 13 dan iPhone 13 Mini Resmi Meluncur
Hanya saja, saya tidak akan membahas itu lebih lanjut (baca: fitur atau spesifikasi); biarlah itu menjadi bagian dari para ahli untuk membahasnya (baca: review produk); yang perlu dengan singkat kita tahu, iPhone 13 terbaru ini dijual dimulai dengan harga tak kurang dari sembilan juta rupiah.
Apple dan nama besar adalah bagian yang tak terpisahkan—dan iPhone sebagai turunan Apple adalah nilai yang begitu prestisius untuk para penggunanya.
Semua orang tahu—dan hal itu telah pula menjadi rahasia umum.
Saking bernilainya brand tersebut—bagi sebagian besar orang—tak jarang rela merogoh kocek kian dalam untuk membelinya (baca: tentu saja setelah ditukar dengan hitung-hitungan jumlah jam kerja yang mungkin sudah ratusan bahkan ribuan)—dan jika tidak bisa mendapatkannya dengan yang "asli", tiruannya pun tak jadi masalah.
Saya bahkan punya riwayat seorang teman yang hanya demi terlihat mentereng, membeli Iphone ala-ala-an di tahun 2016 yang lalu.
Tampilannya boleh menipu mata, tapi tidak perangkat yang ada di dalamnya. Harganya pun—menurut penuturan jujurnya ketika dia membelinya—hanya dua jutaan dan itu sudah dalam keadaan baru (baca: karena kita tahu bersama, bahkan untuk second hand, iPhone terbilang cukup mahal).
Dengan kata lain, yang ingin saya katakan, beberapa tahun belakangan membeli iPhone ala-ala-an semacam ini sudah menjadi fenomena (baca: if you know what i mean).
Untuk brand Apple sendiri, saya bukanlah pengguna yang paling awam. Meski tidak pernah membeli iPhone namun saya sudah sangat akrab dengan produk Apple yang lain yakni Mac Book—persisnya, sejak saat saya menjadi produser radio lebih dari satu dekade lalu: owner radio tempat saya bekerja adalah Apple addict dan beliau membekali tiap produsernya dengan laptop dengan brand tersebut sebagai inventaris.