Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Best in Opinion Nominee Kompasiana Award 2021 | Peduli menyoal isu sosial-budaya dan gender | Kontak: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

6 Catatan Monoton yang Membuat Sinetron Jenuh Ditonton

9 September 2021   03:06 Diperbarui: 9 September 2021   03:31 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lokasi syuting untuk sinetron. (Sumber: Kompas.com)

Dan tolong alur ceritanya jangan cenderung dibuat-buat atau sengaja dipaksakan.
Mari tarik napas dan keluarkan.

#4 Aku cinta dia tapi dia cinta yang lainnya

Perselingkuhan dan atau orang ketiga masih jadi magnet para rumah produksi untuk membuat satu sinetron—apalagi yang jadi korban magnetnya kebanyakan adalah kaum para puan terutama ibu-ibu.


Tentu saja yang jadi perundungan adalah si orang ketiga.
Cikal bakalnya apa lagi kalau bukan pernikahan akibat perjodohan atau kisah cinta karena tekanan.
Oalah.

#5 Salah atau sengaja ditukar

Ayo coba dihitung sudah berapa banyak sinetron yang menjadikan tukar-tukar anak sebagai bagian dari jalan ceritanya?

Si Ani ternyata bapaknya si Anu bukan si Ono; oh ternyata ibunya si Ana itu si Ina bukan si Nia.

Sungguh perbuatan zalim bukan—dengan tega—mengaburkan identitas anak yang tidak berdosa dan memisahkannya dengan orangtua kandungnya?—dan kok yo terlalu sering topik ini hadir dalam sinetron-sinetron?
Hiks.


#6 Who am I?

Tak afdol rasanya tak memasukkan poin "lupa ingatan" alias insomnia, eh maksudnya amnesia ke dalam poin di tulisan ini.

Amnesia sangat lazim ada di sinetron-sinetron kita dan sejujurnya saya sudah bosan dengan "gaya" ini.


Pada akhirnya, mau jumlah tayangnya seminggu sekali kek atau setiap hari; mau keseluruhan ceritanya lima puluh dua kali dalam setahun kek atau tiga ratus enam puluh lima kali tanpa kecuali, saya berharap keenam catatan saya dalam tulisan ini tidak lagi sering muncul (baca: syukur-syukur hilang) di sinetron-sinetron di masa akan datang.

Rating boleh saja bicara tapi bukan berarti di atas segala-galanya.

Tabik.



HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun