Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer, Media Freelancer

Best in Opinion Nominee of Kompasiana Awards 2021 dan 2024 | Peduli menyoal isu-isu terkini terutama sosial-budaya dan gender | Verba Volant Scripta Manent | Kerja sama: kazena.krista@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Warisan

29 Agustus 2021   12:40 Diperbarui: 29 Agustus 2021   12:46 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1.
Menjelang di menit-menit usianya yang kedua puluh, hal itu hadir dengan utuh meski alasannya tak sepenuhnya mampu ia pahami. Namun, ia mencintai ibunya dan merasa ibunya pantas mendapatkan itu selama dua puluh tahun ini dan di tahun-tahun yang akan datang.

2.
Dua hari setelahnya, saat duka menyusup dalam hati, yang tak ia pahami berkunjung tanpa permisi tentang bahwa kata-kata adalah peradaban: melahirkan cinta—atau menyembunyikannya, memberikan luka—atau menyembuhkannya, menaikkan raja-raja—atau membuat mereka kelak akan dipandang hina, dan tentu saja menabahkan hatinya di depan tubuh kaku ibunya.

3.
Ia berterima kasih untuk apa yang diwariskan ibunya padanya dan yang ia tahu sejak saat itu adalah dunia perlu diwarnai.

— K K

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun