Di situlah letak kelebihannya: nilai kepolosan, kejujuran dan bahkan pelajaran berharga tanpa sadar disisipkan.
# Terapi murah untuk inner child yang tak baik-baik saja
Kadang kalau tidak dikejar-kejar deadline saya suka menonton ulang tayangan kartun di Youtube kesayangan—dan voila, saya dapat memutar ulang waktu dalam seketika; ya—sekali lagi—mengenang masa kanak-kanak adalah kesukaan saya. Ada semacam bentuk keterikatan emosi yang sulit digambarkan.
Kartun juga tanpa sadar menyadarkan saya untuk berkomunikasi lagi terhadap apa yang saya sebut dengan inner child—dan tak sekali-dua kali saya kerap "dipaksa" memberikan afirmasi positive terhadap diri sendiri setelah menontonnya.
Semuanya tak jauh-jauh membicarakan tentang self worth, self acceptance, dan self love—hanya saja dengan cara yang berbeda namun menyenangkan bagi saya.
#Melatih sifat sebagai orang tua
Ya, kau tak salah baca. Ini poin penting yang saya masukkan sebagai alasan mengapa saya suka menonton kartun bahkan hingga sekarang.
Coba bayangkan, bagaimana seseorang bisa dengan sabar menemani seorang anak menonton kartun dan menjelaskan hal-hal baik apa yang terkandung di dalamnya jika dia sendiri tidak tertarik untuk menontonnya?
Namun, pertanyaan paling krusialnya adalah bagaimana seseorang bisa tertarik untuk menyukainya (baca: menonton kartun) jika dia sendiri tidak benar-benar memiliki sesuatu yang saya katakan sebagai bentuk "keterikatan"?
Sejujurnya, saya tidak pernah peduli—atau sekadar mengurusi— selera orang lain apalagi untuk sekadar tontonan, sama seperti orang lain yang tidak akan ambil pusing pula dengan apa yang jadi selera saya.Â
Tulisan ini cuma bentuk refleksi bagaimana cara kita memilih untuk merayakan bahagia; pendek kata, selama saya bisa bahagia dengan menontonnya, kartun akan tetap ada di hati saya.