Jadi, begini, jika laki-laki bisa menginginkan para puan yang—cantik dan—terawat, mengapa harus tersinggung jika ada puan menginginkan laki-laki yang terawat pula?
Merawat diri adalah sesuatu yang seharusnya dilakukan setiap orang, tak peduli apapun jenis kelamin atau gendernya—sehingga menggunakan skincare menjadi sesuatu yang sebenarnya lumrah.Â
Tetapi, faktanya, hal ini lebih melekat pada diri para puan dibandingkan para laki-laki di luar sana. Tidak mengherankan, stigma perawatan diri dengan menggunakan skincare bagi para laki-laki masih ditabukan; dianggap memalukan jika dilakukan.Â
Anehnya lagi, jika mengetahui ada sesama kaumnya yang sedikit lebih menyayangi diri sendiri dengan menggunakan skincare, diam-diam sebagian dari mereka mulai sibuk menilai sebagian mereka yang lain itu (baca: laki-laki yang menggunakan skincare) dengan picik lantas sekonyong-konyong 'mempertanyakan' kelaki-lakiannya.
Lihat betapa jahatnya stigma menghajar kaum laki-laki hanya untuk merawat diri.
Padahal ada fakta-fakta lain yang mungkin sebenarnya tak banyak para laki-laki tahu tentang aktifitas ini—yang jika mereka mengetahuinya, mungkin para laki-laki pelan-pelan akan mengubah cara pandangnya.
Apa saja itu? Yuk kita kuliti satu persatu.
#1 Berbeda dengan kulit puan.
Kulit laki-laki dan puan jelas tidak sama. Dari segi struktur kulit, tak dipungkiri jika memang benar kulit laki-laki cenderung kasar.
Kulit laki-laki juga memiliki lebih banyak folikel rambut (baca: termasuk di wajah)—dan pula mengandung lebih banyak minyak akibat memproduksi hormon testosteron.
Misal di wajah, karena produksi minyak yang berlebih tadi, wajah laki-laki lebih mudah berjerawat.
Jadi, meski kulit laki-laki tidak setipis dan sesensitif kulit puan namun laki-laki TETAP butuh perawatan—dan skincare mungkin bisa jadi jawaban.
Sedikit catatan, pertama, kenali dulu jenis kulit—dan kedua, tentu saja, banyak-banyaklah mencari tahu tentang istilah permasalahan seputar kulit berikut kegunaan fungsi skincare apa-apa saja (baca: untuk mengatasinya) sebelum memutuskan untuk membelinya.
#2 Kulit yang terawat investasi jangka panjang.
Mungkin masih sedikit laki-laki yang menyadari bahwa merawat diri adalah bagian dari berinvestasi di masa depan.
Selain usia, faktor lain seperti merokok, sinar ultraviolet, begadang, stres, pola makan yang sembarangan juga akan memperburuk struktur pada kulit—di sinilah produk perawatan a la skincare menunjukkan peran.
Lagipula, skincare bukan sesuatu yang perlu diumbar-umbar saat digunakan. Cukup hasilnya saja yang kelihatan.
Percayalah, tua itu niscaya—ingin—terlihat awet muda itu pilihan.
#3 Merawat diri tak sama dengan feminin.
Bukankah sesuatu yang jahat jika skincare hanya dimonopoli oleh para puan—yang pada akhirnya menimbulkan rasa minder dan insecure saat laki-laki hendak berpikir menggunakannya?—dan sumpah demi apapun, kegiatan merawat diri tentu saja tidak ada hubungannya dengan salah satu jenis kelamin atau gender.
Baik laki-laki atau puan berdiri setara; tidak timpang sebelah.
Jangan menormalisasi pemakaian skincare sebagai bentuk tidak maskulinnya seorang laki-laki.
#4 Bisa menyenangkan pasangan.
Tidak sedikit yang menganggap jika salon atau spa adalah tempat yang identik dengan kaum puan; tempat di mana mereka dengan sengaja bisa memanjakan diri atau sekadar me time barang sejenak.
Bandingkan dengan laki-laki.Â
Kaum ini hampir sebagian besar tidak akan pernah ke tempat-tempat tersebut. Di lain cerita, mereka bahkan sangat jarang bisa untuk betah duduk lama menunggu pasangannya—alih-alih ikut 'nyalon'.Â
Jika ada pilihan, lebih pilih mana antara duduk manis menunggu atau berkeliling mal tiga lantai sebanyak dua puluh kali—bahkan dengan sambil menggendong anak balita—mereka akan memilih nomor dua untuk dilakukan.
Padahal saya yakin, para puan—meski mungkin terdengar aneh pada awalnya—akan dengan senang hati memberi saran tentang aneka treatment apa saja yang sekiranya dibutuhkan oleh pasangan mereka.
Sebenarnya, laki-laki tak perlu harus malu untuk sharing dengan pasangan (baca: isteri atau kekasih) apalagi jika memang alasannya pas. Para puan siap menjadi partner konsultasi yang sepadan jika ditanya produk seputar skincare-an.
Karena bagi para puan, menunda tua juga bentuk bahasa cinta.
Bisa dimaklumi jika laki-laki memang makluk yang mengutamakan kepraktisan—tidak terlalu suka sesuatu yang ribet untuk dikerjakan.
Tapi, percayalah tidak ada jalan pintas nan instan untuk terlihat beberapa—puluh?—tahun lebih muda di masa mendatang jika tidak dimulai dari sedini mungkin perawatan.
Jadi, selamat merawat diri, selamat skincare-an.
Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H