Selalu berusaha ingin menyenangkan orang lain adalah penyakit—dan ini adalah tabiat people pleaser yang paling mencolok untuk segera bisa langsung dikenali.
Seorang people pleaser selalu sulit punya kontrol untuk menolak permintaan orang lain yang ditujukan padanya—bahkan di lingkungan kerja yang toksik sekalipun, dia memilih netral.
Dalam keadaan apapun, dia berusaha tampil bak 'pahlawan'. Anehnya, meski terkadang merepotkan diri sendiri, dia berusaha mati-matian untuk tidak meminta bantuan.
Dia enggan merusak kredibilitasnya sebagai pahlawan di hati banyak orang.
#2 Memikat dengan personal branding.
Disadarinya atau tidak, seorang people pleaser kawakan selalu menjaga perasaan orang lain terhadapnya. Dia akan selalu menjaga tutur katanya—sangat memilih kata apa yang akan diucapkannya. Dengan kata lain dia tak ingin orang lain berpikiran jelek terhadapnya—alih-alih menyakiti hati mereka.
#3 Selalu ingin bermanfaat.
Satu prinsip—yang mungkin saja tak tiap orang tahu—untuk tetap waras dalam memasuki dinamika dunia kerja adalah:
jangan tunjukkan semua skill yang kau bisa.
Saya punya alasan berkata demikian.Â
Karena tak semua orang dapat menghargai kebaikan orang lain yang ingin bermanfaat dengan ilmunya (baca: skill yang dipunya)—ya, kebanyakan orang justeru memilih jalan ninja dengan memanfaatkan kebaikan orang lain terhadapnya.