Oh, apalah saya ini. Soal pernikahan dan biduk rumah tangga, saya tak lebih dari seekor anak anjing yang baru lahir.
Saya sebenarnya tidak terlalu pandai membahas soal perjodohan. Tapi, berkaca dari "pengalaman" setidaknya saya punya modal—dan karena saya tipikal orang yang pada dasarnya ogah dijodohkan, bersikap "ramah" bagi saya bukan sebaik-baiknya jalan.
Saya selalu ingin jadi "tuan" atas jalan asmara saya sendiri.
Sebenarnya, menurut saya ada beberapa alasan yang masuk akal mengapa seseorang sebaiknya tidak perlu menerima perjodohan yang disodorkan padanya.
#1 Mencegah sumpah serapah.
Entah disadari atau tidak, penjajakan atau proses perkenalan terkadang adalah bentuk tipu muslihat dari watak seseorang yang sengaja tidak semuanya ditampakkan—dan justeru ketahuannya setelah hari-hari biduk rumah tangga dimulai.
Menampik perjodohan—sekalipun dengan alasan niat baik—dari seseorang atau sekelompok orang akan mencegahmu mengucapkan sumpah serapah dikemudian hari terhadap mereka jika pernikahan yang diawali perjodohan itu pada akhirnya tidak berjalan dengan baik.
Marah terhadap diri sendiri atas pilihan yang salah jauh lebih bisa diterima akal sehat. Dengan kata lain hindari lah daripada kelak bertahan karena terpaksa dan bikin hati tersiksa.
Pernikahan bukan perkara reaksi kimiawi sehari-dua hari.
Pernikahan tidak sebercanda itu.
Baca juga: Kepengin Nikah? Perbanyak Dulu Adegan Marahnya
#2 Memilih sehat lebih baik daripada sembuh.