Saya harap, kelak para calon orang tua macam kita menghentikan rasa tidak aman (baca: inscure) semacam ini terhadap jiwa-jiwa muda generasi yang akan datang.
#3 Pride for Existence
Hipotesis ini tidak sembarangan saya kemukakan.
Ya, terkadang, flexing gaji dan jabatan yang kerap dilakukan laki-laki terhadap puan dikarenakan mereka menilai bahwa kebanyakan puan memang haus akan pengakuan demi sebuah penerimaan di lingkungan tempat di mana puan berada (baca: eksistensi); ada keluarga dan teman yang butuh diberi pembuktian.
Mereka yang beranggapan seperti itu tak semata-mata salah, hukum sebab-akibat selalu ada: sila lihat poin kedua.
Melihat mereka yang melakukan penjajakan dengan flexing gaji dan jabatan tak urung membuat hati kecil saya bertanya "apakah cuma itu yang mereka punya sebagai bentuk kualitas diri yang hendak mereka tawarkan?"
Padahal pernikahan kelak lebih kompleks dari itu; tantangannya lebih dari sekadar lingkar uang dan jabatan.
Masih ada hal-hal lain seperti penghormatan antar sesama pasangan, attitude, integritas, pola dan cara pengasuhan anak yang akan dilakukan bersama, cara menyikapi masalah—dan lain sebagainya.
Meminjam kalimat sakti seorang Alarick yang pernah saya baca "tidak ada pria yang miskin di mata perempuan yang tulus dan tidak ada perempuan yang jelek di mata laki-laki yang serius", sejatinya uang dan jabatan jelas bukanlah segalanya.
Karena jika memang uang dan jabatan adalah segalanya tak mungkin istri Bill Gates (baca: sudah mantan) memilih rela menjanda.
Tabik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI